Jumat, 07 November 2025

Menjadi Ibu Yang Dirindukan-Buku Antologi Bentuk Cinta Sejati, Alineaku

 


ku menggendong de Zia dalam pelukan, sambil menguap beberapa kali. Kurasakan nafasnya yang seolah berbunyi, grook.. grook.. hidungnya seperti mampet ada sesuatu, sejenis lendir. Mungkin ini yang menyebabkan ia sulit tertidur di malam hari. 

Suhu malam hari yang cenderung lembab membuat nya makin sulit bernafas. Tak terhitung berapa kali malam ini, ku oleskan minyak kayu putih atau balsem khusus anak di bagian dadanya. Kulirik jam di dinding menunjukkan jam 1 pagi. Sudah 4 jam lamanya de pia ku dekap dan gendong. Sesekali ketika anak perempuan yang kugendong ini tersadar dan mulai merengek, ku goyangkan gendongan ke arah kanan dan kiri sambil menepuk tubuhnya, dan ia pun terlelap kembali. 

Namun anehnya, setiap kali ku taruh Zia di kasur. Bermaksud agar aku juga bisa ikut tertidur. Meluruskan badan dan beristirahat. Seolah ia tidak rela ku taruh di kasur. Tiap saat badannya bersentuhan dengan kasur, tangisnya langsung pula meledak. Bagaikan ada alarm dalam tubuhnya yang membuat ia tahu kalau tidur di kasur, sensor tangis akan bekerja dan membuatnya berbunyi kencang. 

Jika sudah begitu aku harus mulai mengayunkan gendongan di tangan dan kembali menepuk badannya untuk meredakan tangisnya. Ketika Zia digendong dalam dekapanku, tidurnya begitu nyenyak, nyaman dan pulas. Sepertinya itu adalah kompensasi ingin dipeluk oleh ibunya, karena seharian ku tinggal bekerja. Dan meninggalkannya dengan pengasuh di rumah. Mungkin Ia merasa bahwa pelukan Ibunya adalah tempat ternyaman untuknya berlindung. Sentuhan kulitku yang menyentuh kulitnya merupakan hadiah terindah, menguatkan ikatan sayang dari seorang Ibu bagi anaknya.

Namun terkadang ketika tubuh ini lelah, entah karena pekerjaan ataupun mengurus rumah. Rasanya lelah itu berubah menjadi kesal dan geram sekali. Tapi tiap kali hal itu datang, ku langsung coba mengatur nafas. Sambil mengucap istighfar untuk mendatangkan kewarasanku kembali. Jangan sampai rasa kesal di hati, dan pening yang memuncak di kepala. Malah dihasut oleh setan dan menyebabkan aku kehilangan akal sehat seperti yang ada di berita TV. Naudzubillah.. 

Tak jarang beberapa Ibu di berita, melampiaskan kekesalan mereka, dengan menganiaya ananda tercinta. Setelahnya barulah tersadar akan hal yang tak patut dilakukan. Dan sudah terlambat, nyawa ananda tak bisa kembali lagi, hingga tinggal penyesalan tak bertepi. Hembusan nafas Zia kembali menyadarkanku lagi, tentu aku merasa tak patut untuk tidak bersyukur pada Allah atas karunia anak ini. Sementara di luar sana banyak juga perempuan yang merindukan tangisan anak dalam rumah tangga nya yang sepi. Karena belum diberikan Allah keturunan. Ku pandangi de Zia lekat.. 

Terngiang ketika aku pulang kerja, baru membuka grendel pintu. Ia yang baru bisa sedikit berjalan dan berbicara, langsung spontan berlari dengan secepat kilat. Menghampiri ke arah pintu gerbang dengan mata berbinarnya.

Celoteh riangnya memanggil ’Nda’ sekencangnya, seolah ingin menunjukkan pada seluruh penghuni rumah ataupun tetangga. Bunda nya telah pulang dan Ia menyambut dengan gembira. Tubuhnya bergerak-gerak kegirangan ke kanan dan kiri. seolah berjoget senang sekali. Lalu menggelendot di kakiku. Begitu menggemaskan.. Membuat aku yang lelah di jalan karena macet menjadi tertawa sendiri dalam hati. Dan langsung luluh detik itu juga untuk memeluknya. Seketika aliran energi bahagianya mengalir juga merambati ke dalam tubuhku. 



Hatiku rasanya berdesir setiap mengingat hal itu. Rasa cinta dari anakku kepadaku, merupakan sebuah pelajaran bagiku yang baru menjadi Ibu. Dari nya aku belajar banyak hal baru tentang arti kesabaran dan cinta tulus seorang Ibu dan anak. Pelajaran yang dahulu juga Ibuku pun mengalaminya, dariku anak pertamanya. Di awal mungkin terasa berat jika dipikirkan. Bagaimana tidak, mengasuh anak berumur satu tahun sambil tetap bekerja dan berkarya. Membuat remuk badan karena lelahnya. Mengingat tugas di kantor yang harus diemban, dan terkadang atasan mau semua beres meski perempuan juga menjalani peran sebagai Ibu muda. 

Tugas yang berbarengan dengan kondisi rumah yang harus tetap terkendali, rumah rapi, dan anak terurus. Namun hidup adalah pilihan. Jika perempuan telah memilih suatu jalan, jalani dengan sebuah keyakinan, diiringi dengan doa dan harapan, semoga menjadi sebuah keberkahan dalam hidup. Dan paling utama, pengelolaan emosi yang baik dari sang Ibu. Serta dukungan dari suami dan keluarga, membuat semangat mengasuh dan mendidik ananda, agar Ibu paham tugasnya yang harus disadari secara penuh.