Bab
I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Di dalam
dunia industri, korosi merupakan salah satu hal yang sering menimbulkan kendala
bagi jalannya proses kerja. Korosi merupakan perusakan bahan material khususnya
logam yang menyebabkan munculnya suatu produk yang tidak dikehendaki. Korosi
dapat menyebabkan suatu bahan memiliki keterbatasan pemakaian, artinya suatu
material yang diperkirakan memiliki waktu yang lama dalam kegunaannya tetapi
ternyata material tersebut hanya dapat digunakan pada waktu yang singkat karena
telah mengalami pengkorosian.
Faktor yang
menyebabkan korosi terbagi atas dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri
dan yang berasal dari lingkungan. Faktor yang disebabkan dari bahan meliputi
kemurnian bahan, struktur bahan, serta pencampuran bahan dengan materi lain
didalamnya. Sedangkan, dari faktor lingkungan meliputi tingkat kelembapan, suhu,
pencemaran yang terjadi disekitarnya, dan keberadaan zat-zat korosif.
Mesin-mesin
yang bersinggungan langsung dengan air atau cairan lain yang korosif akan mudah
terserang korosi terlebih jika mesin tersebut berhubungan langsung dengan air
secara terus menerus, seperti halnya pada pompa sentrifugal yang mana berfungsi
sebagai penyuplai air dingin ke mesin-mesin industri seperti kompresor,
kondensor dan chiller, air
bersirkulasi di dalam sistem pendingin dan terjadi kontak langsung dengan semua
komponennya. Akibatnya komponen-komponen tersebut mudah terserang korosi.
Berkaitan
dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu analisa korosi pada pompa chiller sentrifugal. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui bagaimana rencana penanganan pada pompa chiller sentrifugal tersebut.
1.2. Perumusan
Masalah
Adapun perumusan
masalah dari makalah ini yaitu analisa
korosi dan rencana penanganan pada pompa chiller
sentrifugal.
1.3. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah:
-
Menganalisa
korosi yang terjadi pompa chiller
sentrifugal dan rencana penanganan yang terjadi pompa chiller sentrifugal.
-
Memenuhi tugas
untuk mata kuliah BKTK dan Korosi.
1.4. Manfaat
Penulisan
Manfaat dari
penulisan makalah ini yaitu memberikan informasi dari hasil analisa dan rencana
penanganan korosi yang
terjadi pompa chiller sentrifugal.
Bab II
Kajian Teori
2.1 Korosi
Korosi
merupakan degradasi material (biasanya logam) akibat reaksi elektrokimia
material tersebut dengan lingkungannya (Einar Bardal, 2003). Banyak ahli juga
menyebutkan korosi merupakan penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia
dengan lingkungannya (Trethewey, K. R. dan J. Chamberlain, 1991). Lingkungan
tersebut dapat berupa air, udara, gas, larutan asam, dan lain-lain (Rini
Riastuti dan Andi Rustandi, 2008).
Korosi
merupakan sesuatu yang sangat berbahaya, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Di bidang industri minyak dan gas, proses korosi adalah suatu masalah
yang penting dan perlu diperhatikan karena dampak akibat dari korosi cukup
besar. Contoh di bidang industri minyak dan gas dari pengeboran menuju platform
proses, maka dapat berakibat timbul kerusakan (damage) dan kebocoran pada pipa-pipa tersebut. Dampak bahaya korosi
secara langsung ialah dibutuhkan biaya untuk mengganti material-material logam
atau alat-alat yang rusak akibat korosi, bila pengerjaan untuk penggantian
material terkorosi, biaya untuk pengendalian korosi dan biaya tambahan untuk
membuat konstruksi dengan logam yang lebih tebal (over design). Dampak secara tidak langsung, korosi dapat
mengakibatkan kerugian seperti penyediaan gas terhenti, image perusahaan
menurun, nilai saham menjadi turun, dan menghasilkan safety yang rendah (Halwan
Jaya dkk, 2010).
Korosi
secara awam lebih dikenal dengan istilah pengkaratan yang merupakan fenomena
kimia bahan-bahan logam di berbagai macam kondisi lingkungan. Penyelidikan
tentang sistem elektrokimia telah banyak membantu menjelaskan mengenai korosi
ini, yaitu reaksi kimia antara logam dengan zat-zat yang ada disekitarnya atau
dengan partikel-partikel lain yang ada di dalam logam itu sendiri. Jadi dilihat
dari sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi
ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan yang berair dan
beroksigen (Siti Chodijah 2008). Korosi dapat terjadi di dalam medium kering (dry corrosion) dengan media
elektrolitnya tanah dan juga medium basah (wet
corrosion) dengan media elektrolitnya air. Sebagai contoh korosi yang
berlangsung di dalam medium kering adalah penyerangan logam besi oleh gas
oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida (SO2). Di
dalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun secara
terlokalisasi. Dengan demikian, apabila di dalam usaha pencegahan korosi
dilakukan melalui penggunaan inhibitor korosi (Muhammad Abduh, 2011).
2.1.1
Jenis -Jenis Korosi
Jenis-jenis korosi yaitu:
a)
Korosi merata (surface corrosion) merupakan korosi yang terjadi pada suatu logam
secara menyeluruh, sebagai contoh: korosi yang terjadi pada tiangtiang
penyangga pada penambangan lepas pantai.
Gambar 2.1 Korosi merata pada logam
a)
Korosi sumuran (pitting corrosion) adalah korosi lokal yang secara secara selektif
menyerang bagian permukaan logam yang selaput pelindungnya tergores atau retak
akibat perlakuan mekanik atau mempunyai tonjolan akibat dislokasi atau
mempunyai komposisi heterogen dengan adanya inklusi, segregasi dan presipitasi.
Gambar 2.2 korosi sumuran
a)
Korosi celah (crevice corrosion) adalah
korosi yang terjadi karena sebagian permukaan logam terhalang dari lingkungan
dibanding bagian lain logam yang menghadapi elektrolit dalam volume yang besar.
Gambar 2.3 Korosi celah pada baut
a)
Korosi logam tak sejenis (galvanic corrosion) adalah korosi yang
disebabkan adanya dua logam tak sejenis (dissimilar metals) yang bergandengan (coupled) membentuk sebuah sel korosi
basah sederhana.
b)
Korosi erosi (erosion corrosion) adalah korosi yang disebabkan akibat gerak
relatif antara elektrolit dan permukaan logam. Korosi ini biasanya disebabkan
karena terjadinya prosesproses elektrokimia dan oleh efek-efek mekanik seperti
abrasi dan gesekan.
Gambar 2.4 Korosi erosi pada pipa air laut
a)
Korosi tegangan (sulfide stress cracking) yaitu logam yang mengalami beban dinamis
yang berulang-ulang lama kelamaan akan patah, patahnya logam ini dapat
dipercepat bila terdapatnya korosi pada logam tersebut.
Gambar 2.5 Korosi retak pada pipa
a)
Korosi batas butir (Intergranular corosion) adalah korosi
yang disebabkan oleh ketidaksesuaian struktur kristal pada batas butir yang
memiliki kedudukan atom-atom secara termodinamika yang kurang mantap
dibandingkan atom-atom pada kedudukan kisi sempurna.
2.1.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Korosi
· PH
Semakin
tinggi PH maka laju korosi akan semakin cepat, sehingga air dalam system
pendingin dikontrol agar PH sekitar PH netral yaitu 7,5 – 8,5
·
Temperatur
- Partikel padat
dan sistem deposit
Banyaknya
partikel padat/ mineral-mineral yang terkandung di dalam air bertendensi
menyebabkan terbentuknya deposit. Deposit yang keras dan melekat kuat
dipermukaan logam disebabkan oleh konsentrasi mineral-mineral nyang melebihi
batas kelarutannya. Dari adanya deposit maka di daerah bawah deposit akan mudah
terbentuk korosi (Korosi di bawah deposit /Under Deposit Corrosion).
- Kecepatan
aliran air
Kecepatan
aliran air yang tinggi diatas kecepatan kritisnya di dalam pipa berpotensi
menimbulkan korosi. Kerusakan permukaan logam yang disebabkan oleh aliran
fluida yang sangat deras itu yang disebut erosi. Proses erosi dipercepat oleh
kandungan partikel padat dalam fluida yang mengalir tersebut atau oleh adanya
gelembung-gelembung gas. Dengan rusaknya permukaan logam, rusak pula lapisan
film pelindung sehingga memudahkan terjadinya korosi. Kalau hal ini terjadi
maka proses ini disebut karat erosi.
- Pertumbuhan
Mikrobiologi.
Secara teoritis
apabila tidak terdapat zat asam, maka laju korosi pada baja relatif lambat,
namun pada kondisi-kondisi tertentu ternyata laju korosinya justru tinggi
sekali. Setelah diselidiki ternyata di daerah tersebut hidup sejenis bakteri
anaerobic yang hanya bertahan dalam kondisi tanpa zat asam. Bakteri ini
mengubah (reducing) garam sulfat
menjadi asam yang reaktif dan menyebabkan korosi (Sri Widharto, 1999).
2.1.3 Pengendalian Korosi
Korosi
pada logam secara elektrokimia disebabkan karena komposisi kimia logam tidak
homogen sehingga terjadilah penurunan mutu logam. Reaksi semacam ini adalah
reaksi yang berlangsung secara spontan. Oleh sebab itu, proses terkorosinya
logam oleh lingkungannya adalah proses yang spontan dan tidak dapat dicegah
terjadinya. Di situasi praktis tersebut, serangan korosi hanya dapat
dikendalikan sehingga struktur dan komponen logam mempunyai masa pakai yang
lebih panjang. Walaupun demikian pengendalian korosi harus dilakukan
semaksimal, karena dari segi ekonomi dan keamanan merupakan hal yang tidak
mungkin ditinggalkan atau diabaikan (Widharto, 2004).
Secara prinsip
pengendalian korosi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti:
·
Modifikasi rancangan komponen
·
Modifikasi lingkungan
·
Pemilihan material
·
Proteksi katodik dan anodic
·
Pemberian lapisan pelindung.
2.1 Pompa
2.2.1 Klasifikasi
Pompa
Pompa merupakan
mesin yang berfungsi untuk menaikkan tekanan flluida. Dengan naiknya tekanan
fluida maka fluida dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain atau untuk
menaikkan fluida dari level yang rendah ke level yang lebih tinggi. Kenaikkan
tekanan fluida sering juga diperlukan sebagai persyaratan untuk kebutuhan
proses berikutnya dalam kilang. Karena tekanan dapat diubah menjadi kecepatan,
maka kenaikkan tekanan fluida kadang juga diperlukan untuk menaikkan kecepatan
aliran fluida proses apabila dalam proses berikutnya diperlukan kecepatan
aliran fluida yang lebih tinggi. Pompa dapat dikelompokkan berdasarkan tipe
pompa dan cara kerja pompa. Berdasarkan cara kerjanya, pompa dikelompokkan
menjadi tiga yaitu popma positive displacement, pompa dynamic (kinetic) dan pompa
special effect. Pompa sentrifugal merupakan salah satu jenis pompa dynamic
(kinetic). Pompa sebagai salah satu mesin aliran fluida hidrolik pada dasarnya
digunakan untuk memindahkan fluida tak mampat (incompressible fluids) dari
suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan fluida yang
dipindahkan tersebut. Pompa akan memberikan energi mekanis pada fluida
kerjanya, dan energi yang diterima fluida digunakan untuk menaikkan tekanan dan
melawan tahanan-tahanan yang terdapat pada saluran-saluran instalasi pompa.
Turunnya performansi pompa secara tiba-tiba dan ketidakstabilan dalam operasi
sering menjadi masalah yang serius dan mengganggu kinerja sistem secara
keseluruhan. Salah satu indikasi penyebab turunnya performansi pompa adalah apa
yang dikenal sebagai peristiwa kavitasi (cavitation),
dan menjadi ancaman serius pada pengoperasian pompa sentrifugal.
Bagian-bagian
utama pompa centrifugal secara umum dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar ; Bagian Utama Pompa Sentrifugal
Keterangan
gambar dan fungsi masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
A. Stuffing Box
berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah dimana poros pompa menembus
casing.
B. Packing digunakan
untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari casing pompa melalui poros.
Biasanya terbuat dari asbes atau teflon
C. Shaft (poros) berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari
penggerak selama beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian-bagian
berputar lainnya.
D. Shaft sleeve
berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi dan keausan pada stuffing
box. Pada pompa multi stage dapat sebagai leakage joint, internal bearing dan
interstage atau distance sleever.
E. Vane Sudu dari
impeller sebagai tempat berlalunya cairan pada impeller.
F. Casing merupakan
bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai pelindung elemen yang
berputar, tempat kedudukan diffusor (guide
vane), inlet dan outlet nozel serta tempat memberikan arah aliran dari
impeller dan mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis (single stage).
G. Eye of Impeller
bagian sisi masuk pada arah isap impeller.
H. Impeller
berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi energi kecepatan
pada cairan yang dipompakan secara kontinyu, sehingga cairan pada sisi isap
secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan akibat perpindahan dari
cairan yang masuk sebelumnya.
I. Wearing Ring
berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang melewati bagian depan
impeller maupun bagian belakang impeller, dengan cara memperkecil celah antara
casing dengan impeller.
J. Bearing (bantalan) berfungsi untuk menumpu dan menahan beban
dari poros agar dapat berputar, baik berupa beban radial maupun beban axial.
Bearing juga memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan lancar dan tetap
pada tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil.
K. Discharge
Nozzle merupakan saluran keluar fluida dari dalam pompa / outlet pompa.
2.2.2 Prinsip Kerja
Pompa Sentrifugal
Secara singkat prinsip
kerja pompa sentrifugal yaitu merubah energi mekanis dari penggerak menjadi
energi kecepatan (kinetis) fluida melalui sudu pompa, kemudian merubah energi
kinetik menjadi energi potensial (tekanan cairan) melalui komponen volute atau
diffuser. Alasan utama digunakannya jenis pompa ini dibanding jenis pompa
lainnya adalah karena pompa sentrifugal memiliki tingkat fleksibilitas dan
kehandalan yang lebih tinggi.
Pompa
sentrifugal mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu:
a. Kelebihan pompa
centrifugal yaitu kapasitas bisa lebih besar dan aliran kontinyu; pada kapasitas
yang sama dengan pompa jenis lain ukurannya lebih kecil, bobot lebih ringan,
ruangan yang dipakai lebih kecil; kontruksi lebih sederhana sehingga mudah
perawatannya; dan pada waktu operasi suara relatif tenang; pompa dihubungkan
langsung dengan penggerak sehingga tidak ada kerugian transmisi.
b. Kekurangan pompa
centrifugal yaitu dalam jenis tertentu dan operasi tertentu perlu pancingan
(priming); tidak bisa untuk kapasitas yang kecil dengan head yang tinggi; kurang
cocok digunakan pada cairan yang kental dan kotor; dan head pompa terbatas
sesuai dengan design pompa.
Bab
III
Pembahasan
3.1
Hasil
Analisa Korosi
Pompa sentrifugal
adalah pompa yang memperbesar energi fluida melalui prinsip
gaya sentrifugal. Pompa sentrifugal dapat mengubah energi mekanik dalam bentuk
kerja poros menjadi energi fluida. Energi inilah yang mengakibatkan pertambahan
head tekanan, head kecepatan dan head potensial pada fluida yang mengalir
secara kontinyu.Pompa sentrifugal yang digunakan dalam pembahasan ini berjenis
groundfos paco.dengan spesifikasi material sebagai berikut:
Tabel 3.1 Construction Features
Groundfos Paco
Pompa sentrifugal yang dominan peletakan di
luar ruangan mudah sekali terjadinya korosi yang di akibatkan oleh cuaca. Air
hujan yang memiliki kadar pH kurang dari 7 jika terus menerus akan menyebabkan
korosi karena memiliki kandungan zat asam yang terbawa oleh air hujan dari
polusi udara serta jika air (H2O) dan Udara yang banyak mengandung gas oksigen(O2)
akan menyebabkan terjadinya korosi. Dilihat dari reaksi pembentukan korosi, air
merupakan salah satu faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi.
Fluida
yang mengalir pada pompa sentrifugal adalah air pump dengan tingkat kadar pH
5,5 - pH 6,6 (pengecekan 11 okt 2017). Data sebagai berikut:
Dapat dilihat dari tabel tersebut. Pengecekan
fluida yang mengalir di dalam pompa masuk dalam kategori asam dan pada saat di
hirup sebagian air berbau besi. Dari hasil pengecekan tersebut bisa dipastikan
bahwa fluida didalam pompa dapat menyebabkan korosi. Korosi yang terjadi pada
pompa sentrifugal pada chiller korosi merata (uniform corrosion), korosi galvanik dan korosi erosi.
Korosi merata (uniform corrosion) adalah korosi yang terjadi pada seluruh
permukaan logam yang tidak terlindungi dengan baik. Dapat dilihat dari gambar
pump stand bahwa terjadi korosi karena adanya reaksi elektrokimia dan bahan
yang digunakan berjenis besi sehingga untuk perlindungan besi terhadap korosi
sangat rendah. Dan peletakan alat juga mempengaruhi korosi, karena alat
diletakan di luar ruangan sehingga terkena langsung oleh hujan maupun panas.
Pump stand ini terkontak dengan air dari rembesan pipa yang bocor sehingga air
(H2O) dan udara (O2) terjadi reaksi dan mengakibatkan
reaksi merata (corrosion uniform).
Gambar 3.1 Pompa Sentrifugal Unit 1
Korosi Galvanik korosi yang terjadi antara dua
logam yang saling bersentuhan, dimana permukaan salah satu logam bersifat
anodic terhadap permukaan yang lain yang mengakibatkan terjadinya aliran
electron diantara kedua logam tersebut
Korosi terjadi pada sambungan alat dikarenakan
adanya dua logam yang kontak secara elektrik dan tercelup dalam larutan air
membentuk sel elektrokimia. Dimana salah satu logam yang relatif kurang mulia
akan mengalami korosi dan logam yang lebih mulia tidak akan terjadi korosi.
Bisa diliat pada gambar sambungan pada alat terjadi korosi galvanik.
Gambar 3.2 Pompa sentrifugal Unit 2
Korosi erosi adalah suatu korosi yang timbul karena adanya
gerak relative antara fluida korosif dan permukaan logam terutama karena
gesekan.korosi erosi terjadi biasanya pada impeler pompa, impeler adalah bagian
dari pompa yang berputar dan berfungsi mengubah tenaga mesin ke tenaga kinetik.
Impeler pompa terbuat dari bahan perunggu, bahan yang tahan korosi. Namun
apabila secara terus menerus menumbuk dan bergesekan terhadap fluidan, maka
dapat akan merusak lapisan pelindung dan pengikisan di permukaan. Karena fluida
pompa masuk dalam kategori asam, maka apabila terus-menerus bergesekan dengan
impeler maka akan terjadi pengikisan permukaan dan dapat mengakibatkan korosi
erosi.
3.2
Penanggulangan
Korosi
Penanggulangan
pada proses korosi tidak hanya dilakukan dengan memperbaiki & mengganti
part atau bagian pada suatu objek yang terkorosi, proses penanggulangan yang
terbaik dilakukan dengan cara pencegahan dan juga perlindungan terhadap korosi.
Proses pencegahan dan perlindungan haruslah memperhatikan beberapa aspek,
diantaranya yang paling penting adalah mengetahui faktor yang menyebabkan
korosi pada material, jenis material yang digunakan, kondisi lingkungan dan
kondisi operasi alat yang diamati.
Pada kasus Pompa
Chiller dengan spesifikasi dan kondisi yang telah diterangkan maka pencegahan
dapat dilakukan menggunakan beberapa metode, metode yang akan dipaparkan
dipilih dengan memperhatikan material pada bagian-bagian pompa yang berbeda
sebagai berikut.
3.2.1
Cast Iron
(Material Pada Pump Housing, Volute, Backplate dan Pump Stand)
Cast Iron
merupakan logam campuran besi – carbon dengan komposisi carbon >2%, silicon
>1% dan campuran lainnya yang ditambahkan sesuai dengan kebutuhan atau
penggunannya. Beberapa campuran pada Cast Iron dapat meningkatkan ketahanan
terhadap korosi hingga menyamai kualitas Stainless Steel yang sangat baik
ketahanannya terhadap korosi. Berdasarkan hal tersebut maka pemilihan material
patut diperhatikan dan dipertimbangkan agar proses perlindungan terhadap korosi
dapat berhasil dengan baik, sebagai referensi pada material selection berikut
adalah beberapa contoh Alloying Element (material campuran) untuk Cast Iron dan
pengaruhnya terhadap ketahanan korosi.
Tabel 3.3 Alloying Element Cast Iron
Silicon
|
·
3 – 14% results in some increased corrosion resistance
· >14% results in
a significant increase in corrosion resistance but with a decrease in
strength and ductility.
· >16% results in brittleness and manufacturing
difficulties
|
Nickel
|
· Up to 4% in combination with chromium results in
increased corrosion resistance and strength
·
Corrosion resistance to both acids and alkalis
increases
·
≥ 12% needed for optimal corrosion resistance
· ≥ 18% austentic irons are practically immune to alkali
and caustics, with increased SCC
|
Chromium
|
· Small Additions results in increased resistance to sea
water and weak acids
·
15 – 30% increase resistance to oxidizing acids such as
nitric acid
·
High additions decrease ductility
|
Molybdenum
|
· Added to high silicon cast irons for increased
resistance especially effective against hydrochloric acid
·
3 – 4% optimal concentration
|
Copper
|
· 0,25 – 1% increase resistance to dilute acetic,
sulfuric, and hydrochloric acids, as well as acid mine water.
· ≤ 10% made to high nickel/chromium cast irons to
furthrt increase corrosion resistance
|
Berdasarkan
tabel 3.3 maka pemilihan yang dinilai tepat untuk material pompa adalah Iron
Cast dengan penambahan Silicon & Nickel, Metode pemilihan elemen campuran
ini dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak supplier atau maker dari
pompa ini sendiri dan perlu ditinjau kembali mengenai nilai keekonomisannya.
Selain
pemilihan elemen campuran pencegahan dan perlindungan lainnya yang paling
sederhana dan aplikatif adalah dengan menggunakan teknik coating atau
pelapisan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa Coating Material
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pompa. Berikut adalah beberapa
contoh Coating Material yang dapat digunakan pada Cast Iron.
Tabel
3.4 Coating Material Cast Iron
Coating Material
Class
|
Coating Material
|
Environmental
Application
|
Metals
|
Zinc
|
Rural & Arid Atmospheres
|
Cadmium
|
Rural & Arid Atmospheres
|
Tin
|
Food handling equipment
|
Aluminium
|
Corrosives of Sulfur fumes, Organic acids, salts,
nitratephospate compounds.
|
Lead & lead-tin
|
H2SO4 and H2SO3
|
Nickel Phosporus
|
Barrier coating reaching corrosion resistance levels of
stainless steel.
|
Organics
|
Corrosion preventive compounds
|
Atmospheric protection
|
Rubber-based (chlorinated neopren & hypalon)
|
Used for their mechanical properties
|
Bituminous paints
|
Water environments (low permeability coating)
|
Asphaltics compounds
|
Alkalis, waste water, acids, tap water
|
Thermosets & thermoplastic
|
Fluids
|
Fluorocarbons
|
Industrial Service to 205oC
|
Conversion
Coatings
|
Phospates
|
Sheltered atmospheric protection
|
Oxides
|
Sheltered atmospheric protection
|
Chromates
|
Sheltered atmospheric protection, sometimes used with
cadmium plating
|
Inorganic
|
Enamels
|
Acids except HF
|
Jenis
coating Nickel Phosporus dapat diaplikasikan pada part pompa secara general
karena sifat coating ini sendiri adalah sebagai barrier yang dapat meningkatkan
daya tahan korosi, Corrosive Preventive Compounds dapat digunakan pada Pump
Housing dan Pump Stand sebagai perlindungan terhadap kondisi lingkungan,
sedangkan Bituminous Paints dan Asphaltic Compound dapat digunakan pada bagian
dalam pompa yaitu Volute dan Backplate sebagai perlindungan material dari
korosi akibat kontak dengan air atau fluida lainnya. Ada baiknya jenis coating
dipilih dengan mempertimbangkan keekonomisan dari penggunaannya, karena tujuan
dari perlindungan terhadap korosi sendiri salah satunya adalah nilai ekonomis
dari perawatan suatu objek atau alat.
3.2.2
Carbon
Steel (Material Motor Shaft & Pump Stand)
Carbon
Steel atau Baja Karbon adalah material Baja yang mengandung 2% total campuran
dengan bahan utama campuran berupa Carbon, Mangan, Phospor dan Sulfur. Selain
komposisi bahan tersebut penambahan sekitar 0,01% sampai 0,05% Copper atau
Tembaga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan daya tahan
korosi. Tingkat ketahanan Baja terhadap korosi bervariatif ditinjau dari jenis
material tambahan (Alloying Element) yang dicampurkan, sebagai contoh Baja
Karbon atau Carbon Steel merupakan material yang sangat rentan terhadap korosi
seragam (uniform corrosion) sedangkan untuk jenis baja yang lain seperti
Stainless Steel lebih bersifat resistan terhadap korosi tersebut.
Perlindungan
dan pencegahan korosi pada Baja Karbon dapat dilakukan dengan beberapa metode
yaitu :
·
Conversion
coatings
·
Inhibitors
·
Metal
Claddings
·
Organic
Coatings
·
Porcelain
Enameling
·
Vapor-deposited
coatings
·
Corrosion
Preventive Compounds
·
Electroplating
·
Thermal
Spraying Process
·
Dll.
Bila
ditinjau dari kondisi lapangan dan mempertimbangkan nilai keekonomisannya ada
baiknya pencegahan dan perlindungan yang dilakukan pada bagian pompa ini adalah
dengan melakukan coating dengan metode coating seperti yang telah disebutkan
sebagai surface treatment pada material.
3.2.3
Bronze
(Material Impeller & Case Wear Rings)
Bronze atau perunggu merupakan logam
campuran antara tembaga dan Tin (Sn), jenis logam ini memiliki ketahanan korosi
yang baik terhadap air murni dan air yang terkontaminasi (eg. Air laut). Selain
itu pencampuran tembaga dengan 8 - 10% tin dapat meningkatkan ketahanan korosi
material dari erosi. Penggunaan material Bronze pada bagian Impeller merupakan
pilihan yang tepat dan direkomendasikan mengingat bagian pompa ini merupakan
bagian yang terekspos oleh air selama pompa beroperasi.
Bentuk pencegahan dan
perlindungan yang lainnya pada bagian impeller dapat dilakukan dengan melakukan
pengendalian pada kondisi operasi pompa, kondisi operasi yang dikendalikan
diantaranya adalah pengendalian temperatur, pengendalian laju alir pompa dan
pengendalian pH air. Namun apabila hal ini dilakukan maka output atau hasil
dari perubahan kondisi operasi haruslah diperhatikan agar tidak mempengaruhi
jalannya proses produksi pada alat lain.
Bab IV
Kesimpulan
Dari
pembahasan hasil analisa dan rencana penanganan korosi yang terjadi pompa chiller sentrifugal dapat disimpulkan bahwa:
ü Korosi merupakan perusakan bahan
material khususnya logam yang menyebabkan munculnya suatu produk yang tidak dikehendaki.
Korosi yang terjadi pada pompa Chiller Sentrifugal adalah Korosi Galvanik dan
Korosi Erosi.
ü Penanganan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1)
Perbaikan
dan pergantian objek yang terkorosi
2) Pemilihan material pada bagian pompa,
dapat dilihat pada tabel 3.3
3) Teknik coating atau pelapisan, dapat
dilihat pada tabel 3.4
Daftar Pustaka
- Jurnal Kompetitif Fakultas Teknik. 2014. Jurnal Desiminasi Teknologi Volume 2 No. 1.
Palembang : Journal Universitas Tridinanti.
- Jurnal Teknik Mesin. 2010. ROTASI Volume 12 No. 2. Semarang : Universitas Diponegoro.
- Mars. G Fontana. “ Corrosion
Engineering “ Mc. Graw Hill
Disusun oleh : Alfie Rachma Putri
*Ilmu tanpa amal, bagaikan pohon tanpa Buah.. maka berbagilah.. 😊