Selasa, 28 November 2023

Perjalanan ke Gunung Bromo-Jawa Timur, Indonesia (Beserta tips Membawa orang tua Disabilitas dan anak-anak) -- Bromo Part1

 

Sumber : Foto Bromo - Backpacker Indonesia

Gunung Bromo dan kumpulan pegunungan di sekelilingnya merupakan wisata yang banyak menarik minat wisatawan, termasuk Aku.  Gunung ini adalah Gunung yang menjadi target untuk ku kunjungi di tahun 2023 ini. Khususnya bulan November ini. Ku pilih Bromo, karena ingin mengenalkan keindahan wisata alam Indonesia kepada anak-anak. Agar mereka mencintai Negerinya, mencintai alamnya, sumber daya yang kaya dan memikat, Indonesia yang indah dipandang. Karena dengan melihat secara langsung, merupakan pengalaman seru bagi  anak-anak.

Pengalaman yang menimbulkan rasa cinta, yang menimbulkan rasa syukur terhadap banyak hal yang Allah berikan. Syukur tak terhingga atas udara yang bersih, langitnya yang biru, Gunung yang menjulang, savana yang terbentang, flora dan hewan sekeliling Indonesia yang mendunia. Bukan hanya di dalam negeri, namun terkenal hingga mancanegara. 

Dengan perjalanan ini, harapanku sebagai Ibu. Anak-anak dapat belajar menciptakan tujuan (Goal), dan belajar bagaimana proses perencaannya. Semoga pengalaman ini menjadi kenangan indah untuk anak-anak kelak, sehingga lebih mencintai Negerinya, Indonesia.

Karena jika bukan kita yang mencintai Negeri sendiri, lalu siapa? Dan Jika bukan sekarang waktunya, maka kapan lagi??

Tafakur alam ini sebagai wujud syukur kepada Allah, karena kami memiliki kesehatan dan rejeki. Terutama setelah pandemi Covid-19. Nikmat kesehatan yang patut disyukuri. Maka berangkatlah kami ke Bromo, disertai dengan sebuah harapan; tak hanya menyenangkan diri sendiri, namun orang tua dan anak-anak termasuk di dalamnya.

Perjalanan dimulai dari Jakarta menuju beberapa lokasi, dg tujuan utama Bromo-Jawa Timur. Menggunakan mobil keluarga, berisikan 8 orang. 5 orang dewasa, 3 anak-anak berusia dibawah 13tahun. Keberangkatanku kali ini membawa orang tua stroke, aku menyiapkan beberapa hal dari jauh hari. Berikut Tips berpergian jauh dengan orang tua berkebutuhan khusus (penyakit stroke) dan anak-anak:

1. Siapkan Mental anak dan ortu, karena perjalanan hampir 900km dalam waktu lebih dari 10jam membuat lelah jiwa dan fisik. Usahakn agar suasana perjalanan dibuat menyenangkan (ajak ortu mengobrol dan pahami hobinya, misalnya karaoke tembang lawas untuk lansia. Serta untuk anak2, bawakan buku/mainan agar anak tidak bosan dan mati gaya selama perjalanan). 😆 Note: main hp boleh sesekali dengan dipantau dan dibatasi.

2. Persiapkan budget cukup, Karena yang dituju bukan hanya harga yang murah, tetapi rasa nyaman (cukup tidak harus berlebihan). Survey sebelum keberangkatan, harga dan kondisi lingkungan. Uang tunai diperlukan, Karena agak sulit mencari ATM di area pegunungan (mohon ralat jika salah). 🙏🏻

3. Persiapkan bekal yang cukup dalam perjalanan (logistik). Suasana yg menyenangkan tentu perlu didukung dengan perut yg kenyang (jangan sampe ortu dan anak2 misuh-misuh kesal di jalan karena lapar).😁

4. Persiapkan kendaraan untuk menuju lokasi (cek kondisi kendaraan sebelum berangkat). Aku memilih menggunakan mobil agar memudahkan perjalanan darat (bisa berhenti di beberapa rest area).

5. Persiapkan susunan lokasi dan acara selama perjalanan (biar tidak hilang arah). 😄 Perjalanan jauh seperti ini perlu direncanakan rutenya dan penginapannya. (Ga bisa mengalir begitu saja Seperti air) 😁🙏🏻 Survey dan cari tahu penginapan yang akan di tuju, sesuaikan dengan budget yang dimiliki.

6. Persiapkan obat2an dan kebutuhan khusus orang tua dan anak-anak (obat dan Pampers). Cek lokasi atau akses selama perjalanan, apakah ada apotik dan sejenisnya. Jangan sampai kesulitan mencari hal yg dibutuhkan jika mendesak. Area sunrise Bromo cukup banyak angin jangan lupa sediakan Tolak angin atau minuman hangat sejenisnya untuk menjaga kondisi tubuh.

7. Siapkan pakaian hangat (jaket tebal, syal, masker, kaos kaki dan sepatu). Gunakan sepatu/sendal yang sesuai untuk naik gunung, jangan sampai terpeleset di area berpasir.

Naik Jeep di Bromo bersama keluarga 

8. Cek penyewaan Jeep untuk ke area sunrise dan Gunung Bromo. Dari beberapa referensi dan pengalaman kemarin, aku menggunakan Jeep yg ditawarkan pas di pintu tiket area cemoro lawang. (Untuk 5titik 650ribu-750ribu). Tergantung nego.

9. Komunikasi dengan pasangan dan keluarga. Sebagai wujud saling menghargai, kita perlu mendengarkan keluhan/ keinginan dari peserta perjalanan yang kita bawa. Jangan memaksakan kehendak. Hal ini diperlukan agar suasana hati menjadi lebih nyaman.

10. Beristirahatlah jika lelah. Jangan memaksakan diri sendiri dan orang lain. Lelah tapi tetap nyaman.

Perjalanan dari Jakarta ke Gunung Bromo menempuh jarak sekitar 800km. Kami keluar di Tol Tongas-Probolinggo, Jawa Timur. Mengikuti google maps sekitar 40km ke arah Gunung Bromo. Kami mengambil arah sesuai tujuan, homestay di daerah Cemorolawang. Yang posisinya pas di rute mobil yang diperbolehkan oleh pengelola TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru). 

Yaitu sekitar 2,5km dari gunung Bromo. Karena area setelah Cemorolawang mulai menanjak, berkelok tajam dan berpasir, sehingga dianjurkan untuk menggunakan Mobil berjenis 4WD misalnya jeep. Atau sebelumnya sudah memiliki izin dari TNBTS.

Kami membeli tiket masuk Gunung Bromo di lokasi tanpa melalui online. Lokasi pos pertama pembelian tiket retribusi (kebersihan dan keamanan) terletak sekitar 4-km dari Bromo, yang sepertinya dikelola oleh warga setempat. Untuk Mobil dan 5 orang dewasa, kami terkena biaya Rp 90.000.  

Setibanya di area Cemorolawang, Bromo. Kami membayar tiket retribusi lagi (Tiket resmi), hampir senilai sama. Wisatawan lokal membayar 29.000/orang (weekday). Sedangkan weekend membayar 34.000/orang. Setelah membayar tiket, kami Kami langsung menuju  penginapan. Dari survey beberapa penginapan yg direkomendasikan, kami pilih Cahyo homestay. 

Penginapan sederhana dengan fasilitas tidur berupa 2 tempat tidur kasur-dipan dan satu kasur, toilet di dalam kamar, TV, dan kursi-meja sederhana. Dengan budget 500 ribuan muat 8org, kami bisa melihat pemandangan Gunung Bromo dari depan homestay. Juara banget... 

Pemandangan dari depan Cahyo Homestay

Dengan harga tadi, tempat cukup nyaman dan terjangkau bagiku, seperti di foto 😍 Orang tua dan anak-anak alhamdulillah dapat menikmati indahnya deretan Gunung Bromo dan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dari jarak yang sangat dekat.
Liburan kali ini terasa berkesan karena bisa menyenangkan hati orang tua dan juga menambah pengalaman bagi anak-anak.

Sedangkan untuk Hotel lain yang juga mendapat pemandangan persis di depan hotel adalah Hotel Lava View. Hotel dengan fasilitas lebih komplit dan premium.

Foto dari depan Hotel Lava View 

Ada juga Hotel Bromo permai yang lokasinya dekat dengan tempat pembelian tiket masuk TNBTS. Hotel yang bagus, jika budgetnya ada 😊

Pengalaman berlibur ke Bromo semoga menjadi kenangan menyenangkan bagi saya, orang tua dan anak-anak (3 generasi dalam keluarga). Setitik harapan, doa dan pembelajaran, semoga liburan ini menjadi pembasuh lelah ibunda yang sehari-hari mendampingi ayahanda yang sakit agar tetap sehat jiwa dan semangat batinnya. Serta pelajaran alam selama dalam perjalanan untuk anak-anak. 

Liburan dengan segala suka-dukanya menyadarkan saya, bahwa Allah dengan Kuasa-Nya, memampukan saya yang masuk dalam kategori Sandwich Generation ini, untuk tetap bersemangat mencari Ridho Allah dari Ridho orang tua tanpa kenal lelah, insya Allah..

Mari berjuang untuk membahagiakan orang tua selagi sempat, selagi mampu.. Karena uang bisa dicari, namun waktu takkan bisa terulang kembali. Yuk jadilah generasi Sandwich yang mengharapkan keberkahan dari menyayangi orang tua, bukan mengganggap orang tua sebagai beban.. 

Yuk baca juga, related post mengenai fenomena sandwich generationhttps://www.kompasiana.com/putriekasari/6591abc5de948f17e141ca74/maraknya-penolakan-menjadi-generasi-sandwich-belakangan-ini 

Rabu, 15 November 2023

Cerpen Inspirasi : Merdeka Bermimpi, Buku Antologi Jejak Waktu - Nov23

Perjalanan menapaki impian ini dimulai, dari  memandangi tulisan di dinding kamar rumah yang telah usang berdebu.

Kertasnya pun sudah lusuh, sekilas tentu orang takkan menyangka jika tulisan di secarik kertas itu adalah list target dalam hidupku, hal yang pernah aku cita-citakan dahulu.

Impian itu menjadi kata (doa) lalu menjadi afirmasi diri, sehingga menjadi Action (kenyataan).

Terilhami dari sebuah muhasabah diri di pengajian (TPA) yang pernah aku ikuti saat aku duduk di bangku SMP. Waktu itu sang ustad meminta aku dan teman-teman menuliskan cita dan impian selama beberapa tahun ke depan. 

Catatan motivasi, mau jadi apa kami dan apa yang diidamkan jangka panjang.

"Ayo adik-adik,, tulisan keinginan dan cita-cita kalian di masa depan" Ujar Pak Ustad.

"Siap ustad.." Jawab Kami serentak, menulis dengan semangat menderu.

Lalu Ustad meminta kami agar memajang list Impian yang sudah diberi warna dan dibingkai hiasan menarik tersebut di tempat yang mudah dilihat. Misalnya di area meja belajar, meja rias atau tembok kamar yang mudah untuk dilihat. Istilah keren sekarang disebut dengan bucket list ya.

Tentu sebagai orang awam, apalagi usia masih remaja. Aku memiliki begitu banyak impian, dari mulai hal kecil dan remeh, hingga ke hal yang besar. Namun dalam list tersebut, aku hanya merangkum impian terbesarku saja. 

Aku pun tersenyum bangga saat menuliskan dan menempelkannya didinding kamar, diantaranya: Bisa mempunyai pekerjaan yang bagus, Bisa pergi ke Luar negeri, Bisa umroh dan naik haji Bersama Ibuku.

Ah, mungkin bagi Sebagian orang, mimpiku ini adalah hanya hal biasa. Atau mungkin hampir semua orang memiliki mimpi yang mirip denganku bahkan lebih besar. 

Tapi bagiku, Impian itu terasa begitu indah, menggema dalam relung jiwa. Manis dalam benak, menghentak alam bawah sadar saat hal itu ku tuliskan dahulu.

Mimpi itu seolah harapan yang membuncah dalam dada. Menerbangkan ku ke langit, melintasi awan dan memeluk gemintang. Terasa berkilau, bercahaya, menyenangkan sekali rasanya bermimpi.

Apalagi saat itu aku masih sekolah menengah. Sehingga belum memiliki apa-apa. Uang jajan pun masih bergantung pada orang tua.

Bertahun-tahun berlalu, aku pun mulai melupakan list impianku itu. Hingga akhirnya... ingatan itu pun Kembali, saat ku tatap indahnya masjid Nabawi, Madinah-Arab Saudi.

Impian vs kenyataan

Kenangan impian manis itu pun berkelebatan. Saat aku bersimpuh di depan Ka'bah. Sungguh, rasanya aku tak percaya. Berkali-kali ku kedip dan mengucek mata serta mencubit pipi, aku bertanya-tanya dalam hati, apakah ini semua benar terjadi. 

Aku bisa duduk dan berdoa di depan Ka'bah. Tempat yang selama ini hanya mampu ku pandangi pada gambar, dan hanya bisa ku lihat di TV saat azan atau ada berita tentang ibadah haji.

Mulutku masih menganga, terkesima.. Begitu takjub.. Terbawa suasana haru.. Ketika tanpa sadar, panggilan azan pertama di Baitullah menelusupkan rindu berpuluh tahun lalu. Sebagai Panggilan dariMu, untukku..

Ku dengar azan berkumandang, merdu sekali. Terasa lebih indah dari biasanya saat di Tanah Air. Allahu Akbar... Allahu Akbar.. Lailahailallah..

Air mataku pun makin mengalir deras, ketika aku bersama Ibu merapatkan shaf, bersama jama'ah lainnya melaksanakan sholat magrib bersama. Begitu syahdunya suara imam, seiring romantisnya suasana magrib di Mekah. Seolah lafadz doa ku bisa menembus ke atas langit, didengar oleh Allah, Sang Maha.

Nuansa yang adem setelah matahari tenggelam, membuat perasaanku nyaman dan semakin haru. Ya rabb... ku penuhi panggilanMu.. Labbaik Allahumma Labbaik.. Labbaik kala syarikala kalabbaik... Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk, La Syarika laka..

Aku datang bersimpuh di hadap-Mu ya Allah.. HambaMu yang penuh dosa.. Kami berharap kasihMu, berharap Ridho Mu ya Allah.. Ucapku dalam hati, syahdu larut dalam buncahan rindu. 

Setelah berpuluh tahun berharap dan memeluk impian dengan erat dengan segenap keyakinan. Kau kabulkan doa dan harapanku, Ya Allah.. Tak hentinya syukur terucap dari bibirku yang kelu, Alhamdulillah..

Kalimat talbiyah, doa dan zikir lirih keluar dari mulutku, tetesan air mata pun mengiringi, tak terbendung, mengharu biru dari dalam hati. Tak terhitung ucapan terimakasih pada Allah Sang Maha Kasih. Karena atas nikmatMu, hingga aku dapat menjejakkan langkah ke tanah suci. Dan bermunajat di sini. Di depan Ka'bah bersama muslim lainnya di seluruh Dunia.

Tak terbilang betapa banyaknya manusia yang berlomba mendekat dan mencium Hajar Aswad, tak kenal usia, tua maupun muda. Tak kenal Ras kulit, putih ataupun hitam, berbeda bangsa serta kewarganegaraan. Juga tak kenal kaya ataupun miskin.

Kami semua bersujud, menyembah Allah yang Satu, kami memiliki niat yang sama, yaitu beribadah kepadaMu ya Rabb. 

Sesaat ku arahkan pandangan menengok ke kiri, seorang anak perempuan kecil tersenyum menyapaku selepas solat, tersenyum manis sekali. Usianya sekitar 3-4 tahun, kulitnya yang putih bersih, matanya yang coklat, sepertinya berasal dari Pakistan atau negara Timur Tengah lainnya.

Kata sapaan yang tidak kumengerti keluar dari bibir mungilnya, aku hanya bisa tersenyum saja. Ingin rasanya ku jawil pipinya yang gembil, namun aku khawatir Ibu yang sedang sholat sunah di sebelahnya marah. Jadilah aku hanya tersenyum dan memberikan isyarat tubuh menyapanya, lalu ku keluarkan coklat kurma yang ada di saku.

Coklat yang ku dapatkan tadi sebelum solat dari seseorang yang membagikan di pinggir jalan. Kebetulan ini adalah hari jumat, sehingga hari ini di jalan beberapa orang membagikan kurma, makanan dan coklat berharap keberkahan dari Allah di tempat yang mulia.

"Mau? " Kataku setengah lupa dan tertawa, hehe apa Ia paham bahasaku, sepertinya anak ini bukan orang Indonesia, rambutnya ikal pirang, dengan kulit putih dan mata yang biru. Khas orang bule, dari Benua Eropa.

Anak kecil manis itu sepertinya tak memahami bahasa lisanku, namun paham bahasa tubuhku. Ia pun menggeleng dengan malu, ketika ku minta mengambil coklat dari tanganku.

Namun setelah ku yakinkan tak apa diambil, akhirnya dia pun luluh dan coklat itu pun dengan cepat berpindah tangan ke mulutnya. Dengan satu kali kunyahan besar, coklat itu pun habis tanpa sisa diselingi dengan tawa kecil nya.

Duh... rasanya ingin ku cium pipi mungilnya yang menggemaskan, namun ia bukanlah orang yang tak ku kenal, dan aku adalah orang asing baginya. Alih-alih gemas, nanti Ibunya malah marah, hehe

Maka kuurungkan niatku sambil ku tengok ke sebelah kananku, ku pikir Ibuku yang ada di sana. Tapi ternyata bukan, seorang yang sedang berzikir itu menoleh dengan senyuman dan aura mata yang ramah. Parasnya hitam namun giginya putih, begitu kontras dengan warna kulitnya, mungkin berasal dari benua Afrika.

Aku sekilas membayangkan Bilal bin Rabbah versi perempuan. Yang taat dalam ibadah dan memiliki akhlak mulia, yaitu tersenyum kepada sesama muslim lainnya. Sungguh, Allah tidak memandang fisik seseorang. Namun ketakwaannya. Masya Allah... Tabarakallah.

Di tempat suci ini, yang banyak diidamkan banyak orang muslim di muka Bumi. Aku bertemu dengan berbagai Ras dan golongan. 

Kami dapat solat Bersama di Masjidil Haram, Mekah Al Mukaromah. Dimana solat di Masjidil Haram pahalanya lebih banyak 100.000 kali lipat jika dibandingkan dengan solat di rumah/tempat ibadah lainnya.

Sehingga pantaslah banyak orang berlomba untuk datang, bertawaf dan Sa'I seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, junjungan kami.

Tempat di mana belum tentu Allah panggil hambaNya ke sini untuk beribadah, meski diri mampu secara finansial. Karena yang mampu secara materi, bisa jadi lebih memilih untuk menghabiskan uangnya ke tempat lain atau untuk keperluan lain. 

Ada juga yang fisiknya belum mampu datang karena kondisi tubuh kurang memungkinkan, meski mampu secara financial. Misalnya sakit ataupun penghalang lainnya.

Seperti contohnya yang ku alami sebelum aku berangkat, rombongan kami melaksanakan manasik haji di asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Sepulang dari manasik, salah satu Jemaah, mengalami kecelakaan motor dan menyebabkan kakinya patah tulang.

Sehingga akhirnya jemaah tersebut tidak bisa ikut rombongan untuk berangkat umroh bersama. Sungguh betapa sedihnya perasaannya, hal yang diidamkan belum bisa terwujud.

Aku hanya dapat berdoa, semoga Allah mengganti ibadah umrohnya di lain waktu. Karena aku pun Allah panggil bersama rombongan Ibu-Ibu pengajian tempat Ibuku mengaji. Hal ini adalah sesuatu di luar prediksiku. 3 tahun lalu, Ibuku mengajakku untuk menabung Bersama dengan teman-temannya.

Saat itu aku hanya mengiyakan, karena ku pikir, daripada uang gaji hasil kerjaku hanya untuk jajan dan membeli keperluan sehari-hari saja. Aku pun menabung langsung setelah gajiku terima, baru sisanya ku belanjakan untuk keperluan rumah.

Dengan bermodal tekad kuat untuk tidak mengambil tabungan tersebut hingga cukup untuk umroh, seperti halnya Ibuku yang juga menabung setiap bulannya, menyisihkan dari uang pensiun yang diterimanya.

Kisah menabung yang ku lakukan ini, tentu juga dialami oleh Jemaah lainnya. Diantaranya dari salah satu Jemaah di rombonganku, yang saat di perjalanan beliau bercerita. Bunda Ana Namanya, Ia adalah seorang penjual nasi uduk yang setiap paginya berjualan di dekat rumahnya.

Ia bercerita dengan bersemangat, menggambarkan saat di perjalanan dalam pesawat, kebetulan Ia duduk bersebelahan denganku. Beliau sesekali menghapus air matanya, karena ia tak menyangka, seorang janda tua seperti dirinya, dapat membiayai umroh, perjalanan yang begitu jauh, beratus kilometer dari rumahnya.

Hal yang tak pernah Ia bayangkan sebelumnya. Padahal Ia sebelumnya hanya memiliki rutinitas perjalanan rumah dan tempat jualan yang hanya beberapa meter saja, untuk menata jualannya di atas meja mulai dari pasca subuh hingga sekitar jam 8-9 pagi. Namun dari jualan itu, secara konsisten Ia menyisihkan dari hasil jualannya, minimal 100 ribu per minggu.

Dari beberapa artikel yang ku baca dan ku dengar dari berbagai sumber, baik video Instagram, Tiktok, maupun FB, ternyata benarlah adanya. Jika kita berniat untuk ibadah kepada Allah, maka Allah yang akan memudahkan niat tersebut. Salah satunya niat untuk umroh/Haji.

Allah akan memberikan rejeki bagi hambaNya, yang meminta dengan penuh keyakinan. Tanpa keraguan. Allah mampukan kami..

Seperti hal yang terjadi padaku, harapan dan doa untuk ke Luar Negeri itu Allah kabulkan. Beribu kilometer jarak jauhnya dari rumah, menyebrangi lautan dan lintas benua.

Seperti hal yang terjadi padaku, harapan dan doa untuk ke Luar Negeri itu Allah kabulkan. Tanpa diduga, setelah tabunganku cukup untuk membayar umroh, bosku yang mendengar keberangkatanku ke tanah suci pun malah memberikanku bonus, katanya untuk menambah oleh-oleh selama di perjalanan.

Masya Allah.. Anugerah dari Allah adalah mendapat pekerjaan yang baik, memiliki atasan yang baik pula. Harapan yang juga terwujud dari doaku beberapa tahun silam. Tentu untuk mencapai masa indah ini, Allah selipkan ujian, salah satunya untuk memantapkan langkah, mengokohkan niat.

Tapi Allah juga berikan jalan keluar, serta hadiah bagi orang yang bersabar. Maka jika jatuh, bangkit dan bangunlah. Percayalah pada Allah, Tuhan Semesta alam yang Maha Besar. 

Aku yang masih muda ini, mendapat kesempatan untuk bertawaf mengelilingi Ka'bah. Bersama dengan ketuarga rombongan pengajian yaitu Budeku, Bulikku dan juga Aku beserta Ibunda.

Umroh ini adalah jawaban dari doaku yang ku tuliskan dalam selembar kertas, berpuluh tahun lalu. Tiga harapan yang dahulu hanya seolah mimpi yang Allah kabulkan sekaligus. Dan siapa duga, Allah memberikan hikmah dan pelajaran bagi hambanya, jika kita mau memikirkannya. Maka nikmat Tuhan yang manalagikah yang kamu dustakan?

Jumat Mubarok.. Mimpi yang mengalir dalam doa, terendap dalam jiwa. Yakinlah hanya pada Allah yang Maha.. 

 

-Putri Eka Sari, Umroh Feb2020, 1 hari pas sebelum covid-

 



     Buku Antologi Jejak waktu ini lahir dari kolaborasi 16 penulis berbakat dan penuh hasrat untuk mengungkapkan pemikiran, perasaan, dan cerita mereka melalui cerpen dan puisi, diantara penulis tersebut adalah : Rikeu Novia, Irwanti, Yudha Kusumawati, Elyarahadhane, Isnaini Fitriana, Arum Weni, Nur Khasanah, Putri Eka Sari (Merdeka Bermimpi), Kurnia Zuhrufah, Ummi Rasyid, Tsania Nasyidah As-syiefa, Violyn Stevan, Suparti, Lusiana Rachmawati, Lisna Rustiana, Siti Mariyah

Editor: Ely Rusliawati

Desain Sampul: Prabanistian

Tata Letak: Diki Fahreza

 Diterbitkan oleh:

Penerbit Ziqron Studio

Sleman, Yogyakarta 55572

Whatsapp 08165444505

 QRCBN: 62-1108-6618-354

Cetakan Pertama, November 2023

Antologi ini lahir dari keragaman pengalaman, latar belakang, dan pandangan hidup penulis-penulis. Setiap cerpen dan puisi yang terdapat dalam buku ini adalah jejak-jejak waktu yang merangkai makna dan mengekspresikan berbagai nuansa emosi. Dari sukacita hingga kesedihan, dari cinta hingga kehilangan, buku ini mempersembahkan kisah-kisah yang mencerminkan kompleksitas kehidupan manusia.

Kami ingin berterima kasih kepada semua penulis yang telah berkontribusi dalam menciptakan buku ini. Tanpa karya-karya mereka, buku ini tidak akan pernah ada. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan inspirasi selama proses pengembangan buku ini.

Kami berharap buku ini dapat menginspirasi, menghibur, dan menggerakkan pembaca. Semoga setiap cerita dan puisi yang ada dalam buku ini bisa menjadi teman setia yang menemani Anda dalam perjalanan membaca, merenung, dan merayakan keindahan kata-kata.

Terakhir, kami berharap Anda menikmati setiap halaman buku ini, dan semoga buku ini dapat membawa Anda ke dalam dunia yang berlimpah dengan makna dan emosi. Selamat menikmati!

 Salam hangat,

Salah satu penulis (Putri Eka Sari)

PS: Untuk order buku dapat menghubungi Penulis ya.. 

#BukuAntologi #PutriEkaSari #JejakWaktu #Ziqron


Merdeka Bermimpi

Ku pandangi tulisan di dinding kamar rumah yang telah usang berdebu, kertasnya pun sudah lusuh, sekilas tentu orang takkan menyangka jika tulisan di secarik kertas itu adalah list target, hal yang pernah aku cita-citakan dahulu.
Terilhami dari sebuah muhasabah diri di pengajian (TPA) yang pernah aku ikuti saat aku duduk di bangku SMP. Waktu itu sang ustad meminta aku dan teman-teman menuliskan cita dan impian selama beberapa tahun ke depan, catatan motivasi, mau jadi apa kami dan apa yang kami idamkan di masa depan.
Ustad meminta kami agar memajang list Impian yang sudah diberi warna dan dibingkai hiasan menarik tersebut di tempat yang mudah dilihat, misalnya di area meja belajar, meja rias atau tembok kamar yang mudah untuk dilihat. Istilah keren sekarang disebut dengan bucket list ya..
Tentu sebagai orang awam, aku memiliki begitu banyak impian, dari mulai hal kecil dan remeh, hingga ke hal yang besar. Namun dalam list tersebut, aku hanya merangkum impian terbesarku saja, aku pun tersenyum bangga saat menuliskannya, diantaranya: Bisa mempunyai pekerjaan yang bagus, Bisa pergi ke Luar negeri, Bisa umroh dan naik haji Bersama Ibuku.
Ah, mungkin bagi Sebagian orang, mimpiku adalah hanya hal biasa. Dan mungkin hampir semua orang memiliki mimpi yang mirip denganku. Tapi bagiku, Impian itu terasa begitu indah, menggema dalam relung jiwa, manis dalam benak, menghentak alam bawah sadar saat hal itu ku tuliskan dahulu.
Mimpi itu seolah harapan yang membuncah dalam dada. Menerbangkan ku ke langit, melintasi awan dan layaknya ku peluk gemintang. Terasa berkilau, bercahaya, menyenangkan sekali rasanya bermimpi, apalagi saat itu aku masih sekolah menengah, sehingga belum memiliki apa-apa. Uang jajan pun masih bergantung pada orang tua.
Bertahun-tahun berlalu, aku pun mulai melupakan list impianku itu. Hingga akhirnya... ingatan itu pun Kembali, saat ku tatap Ka’bah di hadapanku. Kenangan manis itu berkelebatan. Saat aku bersimpuh di dekat Hijr Ismail.
Sungguh, rasanya aku tak percaya. Berkali-kali ku kedip dan mengucek mata serta mencubit pipi, aku bertanya-tanya dalam hati, apakah ini semua benar terjadi. Aku bisa duduk dan berdoa di depan Ka’bah. Tempat yang selama ini hanya mampu ku pandangi pada gambar pajangan di ruang tamu Ibuku. Dan hanya bisa ku lihat di TV saat azan atau ada berita tentang ibadah haji.
Mulutku masih menganga terkesima.. Begitu takjub.. Terbawa suasana haru.. Ketika tanpa sadar, panggilan azan berkumandang. Suaranya merdu sekali, terasa lebih indah dari biasanya saat di Tanah Air. Allahu Akbar... Allahu Akbar.. Lailahailallah.
Dan air mataku pun makin mengalir, Ketika aku bersama Ibu merapatkan shaf, bersama jama’ah lainnya melaksanakan sholat magrib bersama. Begitu syahdunya suara imam, begitu romantis suasana magrib di Mekah, seolah lafadz doa ku bisa terdengar oleh Allah Sang Maha.
Nuansa yang adem setelah matahari tenggelam, membuat perasaanku nyaman dan semakin haru. Ya rabb... ku penuhi panggilanMu.. Labbaik Allahumma Labbaik.. Labbaik kala syarikala kalabbaik... Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk, La Syarika laka.
Aku datang bersimpuh di hadap-Mu ya Allah.. HambaMu yang penuh dosa.. Kami berharap kasihMu, berharap Ridho Mu ya Allah.. Ucapku dalam hati, syahdu larut dalam buncahan rindu. Setelah berpuluh tahun berharap. Kau kabulkan doa dan harapanku, Ya Allah.. Tak hentinya syukur terucap dari bibirku yang kelu, Alhamdulillah..
Kalimat talbiyah, doa dan zikir lirih keluar dari mulutku, tetesan air mata pun mengiringi, tak terbendung, mengharu biru dari dalam hati. Tak terhitung ucapan terimakasih pada Allah Sang Maha Kasih. Karena atas nikmatMu, hingga aku dapat menjejakkan langkah ke tanah suci. Dan bermunajat di sini. Di depan Ka’bah bersama muslim lainnya di seluruh Dunia.
Foto pribadi - Mekah Almukaromah

Foto pribadi - Mekah Almukaromah


Tak terbilang betapa banyaknya manusia yang berlomba mendekat dan mencium Hajar Aswad, tak kenal usia, tua maupun muda. Tak kenal Ras kulit, putih ataupun hitam, tak kenal bangsa serta kewarganegaraan. Juga tak kenal kaya ataupun miskin. Kami semua menyembah Allah
yang Satu, kami memiliki niat yang sama, yaitu beribadah kepadaMu ya Rabb.
Sesaat ku arahkan pandangan menengok ke kiri, seorang anak perempuan kecil tersenyum menyapaku selepas solat, tersenyum manis sekali. Usianya sekitar 3-4 tahun, kulitnya yang putih bersih, matanya yang coklat, sepertinya berasal dari Pakistan atau negara Timur Tengah lainnya.
Kata sapaan yang tidak kumengerti keluar dari bibir mungilnya, aku hanya bisa tersenyum saja. Ingin rasanya ku jawil pipinya yang gembil, namun aku khawatir Ibu yang sedang sholat sunah di sebelahnya marah. Jadilah aku hanya tersenyum dan memberikan isyarat tubuh menyapanya, lalu ku keluarkan coklat kurma yang ada di saku.
Coklat yang ku dapatkan tadi sebelum solat dari seseorang yang membagikan di pinggir jalan. Kebetulan ini adalah hari jumat, sehingga hari ini di jalan beberapa orang membagikan kurma, makanan dan coklat berharap keberkahan dari Allah di tempat yang mulia.
Anak kecil manis itu semula menggeleng dengan malu, ketika ku minta mengambil coklat dari tanganku. Namun setelah ku yakinkan tak apa diambil, akhirnya dia pun luluh dan coklat itu pun dengan cepat berpindah tangan ke mulutnya. Dengan satu kali kunyahan besar, coklat itu pun habis tanpa sisa diselingi dengan tawa kecil nya.
Duh... rasanya ingin ku cium pipi mungilnya yang menggemaskan, namun ia bukanlah orang yang tak ku kenal, dan aku adalah orang asing baginya. Maka kuurungkan niatku sambil ku tengok ke sebelah kananku, ku pikir Ibuku yang ada di sana.
Tapi ternyata bukan, seorang yang sedang berzikir itu menoleh dengan senyuman dan aura mata yang ramah. Parasnya hitam namun giginya putih, begitu kontras dengan warna kulitnya, mungkin berasal dari benua Afrika.
Aku sekilas membayangkan Bilal bin Rabbah versi perempuan. Yang taat dalam ibadah dan memiliki akhlak mulia, yaitu tersenyum kepada sesama muslim lainnya. Sungguh, Allah tidak memandang fisik seseorang. Namun ketakwaannya. Masya Allah... Tabarakallah.
Di tempat suci ini, yang banyak diidamkan banyak orang muslim di muka Bumi. Aku bertemu dengan berbagai Ras dan golongan. Kami dapat solat Bersama di Masjidil Haram, Mekah Al Mukaromah. Dimana solat di Masjidil Haram pahalanya lebih banyak 100.000 kali lipat jika dibandingkan dengan solat di rumah/tempat ibadah lainnya.
Sehingga pantaslah banyak orang berlomba untuk datang, bertawaf dan Sa’I seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, junjungan kami.
Tempat di mana belum tentu Allah panggil hambaNya ke sini untuk beribadah, meski diri mampu secara finansial. Karena yang mampu secara materi, bisa jadi lebih memilih untuk menghabiskan uangnya ke tempat lain atau untuk keperluan lain. Ada juga yang fisiknya belum mampu datang karena kondisi tubuh kurang memungkinkan, meski mampu secara financial. Misalnya sakit ataupun penghalang lainnya.
Seperti contohnya yang ku alami sebelum aku berangkat, rombongan kami melaksanakan manasik haji di asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Sepulang dari manasik, salah satu Jemaah, mengalami kecelakaan motor dan menyebabkan kakinya patah tulang. Sehingga akhirnya jemaah tersebut tidak bisa ikut rombongan untuk berangkat umroh bersama. Sungguh betapa sedihnya perasaannya, hal yang diidamkan belum bisa terwujud.
Aku hanya dapat berdoa, semoga Allah mengganti ibadah umrohnya di lain waktu. Karena aku pun Allah panggil bersama rombongan Ibu-Ibu pengajian tempat Ibuku mengaji. Hal ini adalah sesuatu di luar prediksiku. 3 tahun lalu, Ibuku mengajakku untuk menabung Bersama dengan teman-temannya.
Saat itu aku hanya mengiyakan, karena ku pikir, daripada uang gaji hasil kerjaku hanya untuk jajan dan membeli keperluan sehari-hari saja. Aku pun menabung langsung setelah gajiku terima, baru sisanya ku belanjakan untuk keperluan rumah.
Dengan bermodal tekad kuat untuk tidak mengambil tabungan tersebut hingga cukup untuk umroh, seperti halnya Ibuku yang juga menabung setiap bulannya, menyisihkan dari uang pensiun yang diterimanya.
Kisah menabung yang ku lakukan ini, tentu juga dialami oleh Jemaah lainnya. Diantaranya dari salah satu Jemaah di rombonganku, yang saat di perjalanan beliau bercerita. Bunda Ana Namanya, Ia adalah seorang penjual nasi uduk yang setiap paginya berjualan di dekat rumahnya.
Ia bercerita dengan bersemangat, menggambarkan saat di perjalanan dalam pesawat, kebetulan Ia duduk bersebelahan denganku. Beliau sesekali menghapus air matanya, karena ia tak menyangka, seorang janda tua seperti dirinya, dapat membiayai umroh, perjalanan yang begitu jauh, beratus kilometer dari rumahnya.
Hal yang tak pernah Ia bayangkan sebelumnya. Padahal Ia sebelumnya hanya memiliki rutinitas perjalanan rumah dan tempat jualan yang hanya beberapa meter saja, untuk menata jualannya di atas meja mulai dari pasca subuh hingga sekitar jam 8-9 pagi. Namun dari jualan itu, secara konsisten Ia menyisihkan dari hasil jualannya, minimal 100 ribu per minggu.
Dari beberapa artikel yang ku baca dan ku dengar dari Ia lah yang menuai hasilnya. Dari beberapa artikel yang ku baca dan ku dengar dari berbagai sumber, baik video Instagram, Tiktok, maupun FB, ternyata benarlah adanya. Jika kita berniat untuk ibadah kepada Allah, maka Allah yang akan memudahkan niat tersebut. Salah satunya niat untuk umroh/Haji.
Allah akan memberikan rejeki bagi hambaNya, yang meminta dengan penuh keyakinan. Tanpa keraguan.
Seperti hal yang terjadi padaku, harapan dan doa untuk ke Luar Negeri itu Allah kabulkan. Beribu kilometer jarak jauhnya dari rumah, menyebrangi lautan dan benua.
Seperti hal yang terjadi padaku, harapan dan doa untukke Luar Negeri itu Allah kabulkan. Beribu kilometer jarak jauhnya dari rumah, menyebrangi lautan dan benua. Tanpa diduga, setelah tabunganku cukup untuk membayar umroh, bosku yang mendengar keberangkatanku ke tanah suci pun malah memberikanku bonus, katanya untuk menambah oleh-oleh selama di perjalanan.
Masya Allah.. Anugerah dari Allah adalah mendapat pekerjaan yang baik, memiliki atasan yang baik pula. Harapan yang juga terwujud dari doaku beberapa tahun silam. Tentu untuk mencapai masa indah ini, Allah selipkan ujian, salah satunya untuk memantapkan langkah, mengokohkan niat.
Tapi Allah juga berikan jalan keluar, serta hadiah bagi orang yang bersabar. Maka jika jatuh, bangkit dan bangunlah. Percayalah pada Allah, Tuhan Semesta alam yang Maha Besar. Aku yang masih muda ini, mendapat kesempatan untuk bertawaf mengelilingi Ka’bah. Bersama dengan ketuarga rombongan pengajian yaitu Budeku, Bulikku dan juga Aku beserta Ibunda.
Umroh ini adalah jawaban dari doaku yang ku tuliskan dalam selembar kertas, berpuluh tahun lalu. Tiga harapan yang dahulu hanya seolah mimpi yang Allah kabulkan sekaligus. Dan siapa duga, Allah memberikan hikmah dan pelajaran bagi hambanya, jika kita mau memikirkannya. Maka nikmat Tuhan yang manalagikah yang kamu dustakan?
Mimpi yang tertahan dalam doa Terendap dalam jiwa Diselingi ujian kokohkan langkahmu Maka Yakinlah pada yang Maha.. Mari Merdeka bermimpi.. Ziqron

-Umroh Feb2020-