Gunung Bromo dan kumpulan pegunungan di sekelilingnya merupakan wisata yang banyak menarik minat wisatawan, termasuk Aku. Gunung ini adalah Gunung yang menjadi target untuk ku kunjungi di tahun 2023 ini. Khususnya bulan November ini. Ku pilih Bromo, karena ingin mengenalkan keindahan wisata alam Indonesia kepada anak-anak. Agar mereka mencintai Negerinya, mencintai alamnya, sumber daya yang kaya dan memikat, Indonesia yang indah dipandang. Karena dengan melihat secara langsung, merupakan pengalaman seru bagi anak-anak.
Pengalaman yang menimbulkan rasa cinta, yang menimbulkan rasa syukur terhadap banyak hal yang Allah berikan. Syukur tak terhingga atas udara yang bersih, langitnya yang biru, Gunung yang menjulang, savana yang terbentang, flora dan hewan sekeliling Indonesia yang mendunia. Bukan hanya di dalam negeri, namun terkenal hingga mancanegara.
Dengan perjalanan ini, harapanku sebagai Ibu. Anak-anak dapat belajar menciptakan tujuan (Goal), dan belajar bagaimana proses perencaannya. Semoga pengalaman ini menjadi kenangan indah untuk anak-anak kelak, sehingga lebih mencintai
Karena jika bukan kita yang mencintai Negeri sendiri,
lalu siapa? Dan Jika bukan sekarang waktunya, maka kapan lagi??
Tafakur alam ini sebagai wujud syukur kepada Allah,
karena kami memiliki kesehatan dan rejeki. Terutama setelah pandemi Covid-19. Nikmat kesehatan yang patut disyukuri. Maka berangkatlah kami ke Bromo,
disertai dengan sebuah harapan; tak hanya menyenangkan diri sendiri, namun
orang tua dan anak-anak termasuk di dalamnya.
Perjalanan dimulai dari Jakarta menuju beberapa lokasi,
dg tujuan utama Bromo-Jawa Timur. Menggunakan mobil keluarga, berisikan 8
orang. 5 orang dewasa, 3 anak-anak berusia dibawah 13tahun. Keberangkatanku kali ini membawa orang tua stroke, aku menyiapkan beberapa
hal dari jauh hari. Berikut Tips berpergian jauh dengan orang tua berkebutuhan
khusus (penyakit stroke) dan anak-anak:
1. Siapkan
Mental anak dan ortu, karena perjalanan hampir 900km dalam waktu lebih dari
10jam membuat lelah jiwa dan fisik. Usahakn agar suasana perjalanan dibuat
menyenangkan (ajak ortu mengobrol dan pahami hobinya, misalnya karaoke tembang
lawas untuk lansia. Serta untuk anak2, bawakan buku/mainan agar anak tidak bosan dan mati
gaya selama perjalanan). 😆 Note: main hp boleh sesekali dengan dipantau dan
dibatasi.
2. Persiapkan
budget cukup, Karena yang dituju bukan hanya harga yang murah, tetapi rasa
nyaman (cukup tidak harus berlebihan). Survey sebelum keberangkatan, harga dan kondisi lingkungan.
Uang tunai diperlukan, Karena agak sulit mencari ATM di area pegunungan (mohon
ralat jika salah). 🙏🏻
3. Persiapkan
bekal yang cukup dalam perjalanan (logistik). Suasana yg menyenangkan tentu
perlu didukung dengan perut yg kenyang (jangan sampe ortu dan anak2 misuh-misuh kesal di
jalan karena lapar).😁
4. Persiapkan
kendaraan untuk menuju lokasi (cek kondisi kendaraan sebelum berangkat). Aku memilih
menggunakan mobil agar memudahkan perjalanan darat (bisa berhenti di beberapa
rest area).
5. Persiapkan
susunan lokasi dan acara selama perjalanan (biar tidak hilang arah). 😄 Perjalanan jauh seperti ini perlu direncanakan rutenya
dan penginapannya. (Ga bisa mengalir begitu saja Seperti air) 😁🙏🏻 Survey dan cari tahu penginapan yang akan di tuju,
sesuaikan dengan budget yang dimiliki.
6. Persiapkan
obat2an dan kebutuhan khusus orang tua dan anak-anak (obat dan Pampers).
Cek lokasi atau akses selama perjalanan, apakah ada apotik dan sejenisnya.
Jangan sampai kesulitan mencari hal yg dibutuhkan jika mendesak. Area sunrise
Bromo cukup banyak angin jangan lupa sediakan Tolak angin atau minuman hangat
sejenisnya untuk menjaga kondisi tubuh.
7. Siapkan
pakaian hangat (jaket tebal, syal, masker, kaos kaki dan sepatu). Gunakan sepatu/sendal
yang sesuai untuk naik gunung, jangan sampai terpeleset di area berpasir.
8. Cek penyewaan Jeep untuk ke
area sunrise dan Gunung Bromo. Dari
beberapa referensi dan pengalaman kemarin, aku menggunakan Jeep yg ditawarkan
pas di pintu tiket area cemoro lawang. (Untuk 5titik 650ribu-750ribu).
Tergantung nego.
9. Komunikasi
dengan pasangan dan keluarga. Sebagai wujud saling menghargai, kita perlu
mendengarkan keluhan/ keinginan dari peserta perjalanan yang kita bawa. Jangan
memaksakan kehendak. Hal ini diperlukan agar suasana hati menjadi lebih nyaman.
10. Beristirahatlah
jika lelah. Jangan memaksakan diri sendiri dan orang lain. Lelah tapi tetap
nyaman.
Perjalanan dari Jakarta ke Gunung Bromo menempuh jarak sekitar 800km. Kami keluar di Tol Tongas-Probolinggo, Jawa Timur. Mengikuti google maps sekitar 40km ke arah Gunung Bromo. Kami mengambil arah sesuai tujuan, homestay di daerah Cemorolawang. Yang posisinya pas di rute mobil yang diperbolehkan oleh pengelola TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru).
Yaitu
sekitar 2,5km dari gunung Bromo. Karena area setelah Cemorolawang mulai menanjak,
berkelok tajam dan berpasir, sehingga dianjurkan untuk menggunakan Mobil
berjenis 4WD misalnya jeep. Atau sebelumnya sudah memiliki izin dari TNBTS.
Kami membeli tiket masuk Gunung Bromo di lokasi tanpa
melalui online. Lokasi pos pertama pembelian tiket retribusi (kebersihan dan
keamanan) terletak sekitar 4-km dari Bromo, yang sepertinya dikelola oleh warga
setempat. Untuk Mobil dan 5 orang dewasa, kami terkena biaya Rp 90.000.
Setibanya di area Cemorolawang, Bromo. Kami membayar tiket retribusi lagi (Tiket resmi), hampir senilai sama. Wisatawan lokal membayar 29.000/orang (weekday). Sedangkan weekend membayar 34.000/orang. Setelah membayar tiket, kami Kami langsung menuju penginapan. Dari survey beberapa penginapan yg direkomendasikan, kami pilih Cahyo homestay.
Penginapan sederhana dengan fasilitas tidur berupa 2 tempat tidur kasur-dipan dan satu kasur, toilet di dalam kamar, TV, dan kursi-meja sederhana. Dengan budget 500 ribuan muat 8org, kami bisa melihat pemandangan Gunung Bromo dari depan homestay. Juara banget...
Pemandangan dari depan Cahyo Homestay
Foto dari depan Hotel Lava View
Ada juga Hotel Bromo permai yang lokasinya dekat dengan tempat pembelian tiket masuk TNBTS. Hotel yang bagus, jika budgetnya ada 😊
Pengalaman berlibur ke Bromo semoga menjadi kenangan menyenangkan bagi saya, orang tua dan anak-anak (3 generasi dalam keluarga). Setitik harapan, doa dan pembelajaran, semoga liburan ini menjadi pembasuh lelah ibunda yang sehari-hari mendampingi ayahanda yang sakit agar tetap sehat jiwa dan semangat batinnya. Serta pelajaran alam selama dalam perjalanan untuk anak-anak.
Liburan dengan segala suka-dukanya menyadarkan saya, bahwa Allah dengan Kuasa-Nya, memampukan saya yang masuk dalam kategori Sandwich Generation ini, untuk tetap bersemangat mencari Ridho Allah dari Ridho orang tua tanpa kenal lelah, insya Allah..
Mari berjuang untuk membahagiakan orang tua selagi sempat, selagi mampu.. Karena uang bisa dicari, namun waktu takkan bisa terulang kembali. Yuk jadilah generasi Sandwich yang mengharapkan keberkahan dari menyayangi orang tua, bukan mengganggap orang tua sebagai beban..
Yuk baca juga, related post mengenai fenomena sandwich generation : https://www.kompasiana.com/putriekasari/6591abc5de948f17e141ca74/maraknya-penolakan-menjadi-generasi-sandwich-belakangan-ini
Alhamdulillah ,takjub dengan pengalaman anda ke Bromo.
BalasHapusTerimakasih Kak.. :)
Hapussalam sehat selalu..