Selasa, 01 Oktober 2024

Cerpen Inspirasi : Bermimpi Lewat Kata - Meniti Jalan Berliku, Alineaku

Bermimpi Lewat Kata 

Kata adalah Doa.. maka berkatalah yang baik atau diam..

Berkah kata yang membawaku bisa menjejakkan kaki di Luar negeri, Singapura. Perwujudan impian, harapan untuk bisa ke luar negeri. Negara terdekat dari Indonesia, dengan budget teramah di kantongku saat ini.. Mungkin begitu sederhana bagi sebagian orang.

Namun bagiku yang saat SMA dulu menuliskan kata ”Bisa berlibur ke luar Negeri” di secarik kertas pada Dinding Kamar. Terasa WAAAHHH Banget.. Apalagi aku bukan berasal dari keluarga Kaya. Hanya berasal dari keluarga cukup, untuk makan dan bersekolah, Alhamdulillah..

Setibanya di airport Changi-Singapura, tengah malam. Tanpa menunggu lama Grabcar yang aku pesan datang. Aku dan Ani-sahabatku disambut dengan mobil BMW sport, yang pintunya membuka dengan naik ke atas seperti sayap burung. Layaknya di film Transformer, mobil Bumblebee yang fantastis. Terbayang betapa terasa kerennya kami.. wow.. Berasa anak Sultan..


Merlion Park-Inspirasi Buku Antologi, Meniti Jalan Berliku

”Put, ini seriusan mobil Grab” colek Ani sahabatku sambil setengah berbisik, khawatir terdengar pengemudi.

”Iya kalau di aplikasi tertera nomor plat mobil yang sama” sahutku sambil menaiki mobil kuning di hadapan.

”Wah.. keren ya..” Sohibku pun menjawab kegirangan. Tak hentinya kami saling bertatap sambil tersenyum sepanjang jalan menuju tempat kami menginap di area Arab Street.

Di dalam mobil ingatanku melayang.. Kepada kejadian sekitar 10tahun sebelumnya. Ucapan di pagi menjelang siang hari itu tiba-tiba terlintas begitu saja.. Teringat seorang laki2 di kampus yang menegur ku kala itu. Seperti setengah tertawa.

Bagiku saat itu yang masih setengah terenggah-enggah pasca berjalan, dan naik turun ganti angkot serta bis, rasanya seperti cibiran di hari Terik.

“Hai.. kamu yang tadi di jalan dekat masjid Annur ya.." tegur seseorang laki2 yang tak ku kenal.

"Kamu suka jalan kaki ya.. sy sering lihat kamu pas bawa motor" ujar nya lagi sambil seolah tertawa sambil memandang dari atas kepala hingga ke baju lusuh yang ku kenakan.

Jika aku orang yang mudah tersulut emosi dan ekspresif, mungkin aku akan berteriak kepadanya.

“Hei kamu.. bukannya nawarin aku nebeng naik motormu, eh malah ngetawain aku.. huh...” Rasanya panas sekali, membakar hatiku..

Untungnya aku bisa menahan diri, aku hanya tersenyum mengangguk dan melanjutkan langkah kakiku menuju ke gedung tempat mata kuliahku sudah di mulai. Seraya dalam hati bergumam sendiri.. ih awas aja.. sekarang mungkin aku cuma bisa jalan kaki.. nanti suatu saat aku pasti bisa menyalip motormu itu dengan naik mobil. Bahkan pakai pesawat.. Dan pikiran itu membuatku malah tersenyum sendiri.

Kata-kata itu menjadi kenyataan aku bisa memiliki mobil sendiri meskipun dari invebtaris kantor. Dan aku bisa terbang dengan pesawat, menyalip motornya hingga keluar Negeri. HInaan yang menjadi cambuk untuk belajar lebih giat dan menjadi sukses.

Suasana tengah malam yang kami kira gelap di negeri orang, malah cerah seperti hati kami. Bagaimana tidak, kami yang orang biasa. Dengan hanya bermodal beberapa puluh ribu rupiah, bisa merasakan naik mobil ala Sultan. Cepat tanpa gemuruh bising pada mesin. Melaju tenang dibawah Sinar bulan di bawah langit Singapura.

Keesokan pagi, perasaan hatiku, antara sedih terharu dan bahagia. Seperti banyak burung bernyanyi.. Bersiul merayakan impian yang baru terwujud setelah lebih dari 15th berlalu. Dengan budget hasil kerja sendiri dan backpackeran tanpa ikut grup. Beruntungnya aku berangkat berdua sahabat yang sebelumnya pernah ke Singapura. Jadi perjalanan kami lebih tertata.

Dokumen pribadi - Masjid Sulthan Singapura

Lokasi hotel tempat menginap pun dipilih yang tidak jauh dengan kuliner halal, dekat dengan Masjid. Membuat kami mudah mengunjungi Masjid Sultan. Setelah sarapan nasi lemak di ’Kedai Hj. Maimunah’ yang ternyata serupa nasi uduk Jakarta dengan nuansa melayu.

Menjelang siang, kami pun mengeksplorasi tempat hits lain di Singapura dengan bus dan MRT. Diantaranya kawasan ikonik Singapura.

Ketika menjelang magrib, badan terasa mulai lelah. Sahabatku pun mengajakku naik bus ke arah Hotel. Agar kami bisa menyiapkan fisik untuk esok hari berjalan-jalan menyusuri kampung Glam, serta area H. Lane dan sekitarnya setelah sarapan.

Di dalam bus kami tak hentinya asyik bercerita. Keinginanku untuk mengitari Singapura di kala malam. Apalagi info yang ku terima, angka kejahatan di Singapura sangat rendah, maka sangat jarang terjadi tindak kriminal. Rasanya aku ingin memampatkan waktu yang ada untuk berkeliling sepuasnya. Sahabatku hanya tersenyum kecil, berusaha memahami tanpa mengiyakan.

Selang sekitar setengah jam kemudian.. Ani mencolekku, untuk turun dari bus. Aku masih asyik memfoto jalanan lewat jendela dan cek Handphone. Ku pikir mungkin Ani tak sengaja menyenggol tanganku, untuk melihat area yang kami lewati.

Aku baru tersadar ketika menengok ke kiri, sahabatku sudah tak ada, dan berganti dengan seorang Ibu paruh baya. Seketika aku menjadi panik, dan berusaha maju ke arah supir bus, untuk menurunkan di halte berikutnya. Lalu berbekal maps dan mengecek rute di google handphone, berusaha mencari cara menuju hotel.

Namun ternyata aku salah memperkirakan arah dan naik bus. Membuatku terlempar makin jauh dari tujuan tempat menginap. Ketidaksengajaan yang membuatku nyaris mengitari seluruh area Singapura. Tanpa pikir panjang karena hari semakin malam, Grabcar kembali menyelamatkanku yang kebingungan seperti orang hilang, dan mengantarku sampai di hotel.

Kembali kata menjadi kenyataan dalam hidupku. Pantaslah jika nasehat untuk berkata yang baik saja, sehingga hal yang baiklah yang akan kita dapatkan. Dan yakinlah kepada Sang Maha Pencipta. Dengan berusaha maka kata itu akan menjadi kenyataan yang indah pada waktunya.. Insha Allah..

Mari bermimpi dan berkata baik.. semoga kelak Allah kabulkan.. 😊🤲

-Bermimpilah hingga ketika membayangkan saja hatimu terasa bergetar, Najwa Shihab-

Disadur dari salah satu Buku Antologi ke-2 ku; Meniti Jalan Berliku-Alineaku

Selengkapnya: https://opinia.id/post/cerita/cerpen/bermimpi-lewat-kata-382906 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar