Akses menuju Gunung Batur tidak terlalu sulit, jalanan yang rata dan terbilang tidak macet. Di kanan-kiri terlihat banyak masyarakat yang menjual jeruk dan jambu. Beberapa sumber mengatakan bahwa jeruk kintamani terkenal manis. Dan sepertinya saat itu sedang masanya panen buah. Beberapa wanita Bali terlihat membawa sesajen di kepala memasuki beberapa Pura.
ilustrasi wanita Bali membawa sesajen
Gunung Batur merupakan sebuah gunung berapi aktif, yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia.
Gunung Batur telah
berkali-kali meletus. Kegiatan letusan G. Batur yang tercatat dalam sejarah
dimulai sejak tahun 1804 dan letusan terakhir terjadi tahun 2000. Sejak tahun
1804 hingga 2005, Gunung Batur telah meletus sebanyak 26 kali. Dan paling dahsyat terjadi tanggal 2 Agustus dan
berakhir 21 September 1926. Lalu terakhir Gunung Agung erupsi
pada Februari 1963,
Jadi sudah lama sekali ya.. so ga usah takut kalau mau main ke Gunung Batur, sampai saat ini insya Allah statusnya masih aman..
Gunung Agung dan Gunung
Batur merupakan 2 Gunung di Bali yang berada pada satu garis lempengan, kedua gunung tersebut memiliki ikatan erat
yaitu Gunung Agung muncul di "pangkuan" Gunung Batur pasca meletus
ribuan tahun yang lalu. "Yang lebih dulu ya Gunung Batur. Jadi bisa
dikatakan jika Gunung Agung adalah anak dari Gunung Batur. ujar Devi, Kasubid
Mitigasi Gunung Api wilayah timur, kepada Kompas.com, Kamis (5/10/2017).
Salah satu objek wisata di Gunung Batur yang juga terkenal adalah wisata trekking dan berburu Sunrise, beberapa orang berlomba berburu Matahari terbit di ufuk timur pada pagi hari. Gunung Batur termasuk ramah bagi pendaki pemula, dikarenakan medan penanjakan tidak terlalu terjal dan sulit. Jika ingin menyaksikan sunrise di puncak Gunung Batur, perjalanan pendakian sebaiknya dimulai saat subuh sekitar pukul 04.30 Wita. Beberapa paket tur menawarkan paket menginap dilengkapi fasilitas camping yang nyaman, jika kita ingin merasakan suasana tidur di area pegunungan, sambil mengumpulkan tenaga untuk pendakian di subuh hari.
Suasana hening berbalut semburat mentari yang tersenyum malu menyembul di belakang Gunung Batur, terasa menentramkan hati.. harumnya aroma dedaunan nan asri berpadu dengan lembabnya udara.. beningnya danau Batur yang memantulkan awan, nikmat Tuhan yang tak dapat dilukiskan.. Tak heran banyak orang memburu sunrise di sini.. dan mengabadikan tiap momen dengan foto berlatar pemandangan nan indah. Selesai menyaksikan sunrise para pendaki bisa berendam air hangat alami di sebuah kolam Toya di tepi Gunung Batur.
Di sisi Gunung Batur juga terdapat Pura yang sampai saat ini masih terkenal sebagai pura yang paling
indah di Bali. Pura ini dipersembahkan untuk menghormati "Dewi Danu" yakni dewi penguasa air, seperti halnya pura yang
terdapat di Danau Bratan juga dipersembahkan untuk memuja "Dewi Danu". Maka tak heran jika Pura tersebut dinamakan Pura Ulundanu Batur.
Wisata budaya lainnya yang
terdapat di kawasan Gunung Batur adalah Desa Trunyan. Meskipun seluruh penduduk Trunyan beragama Hindu seperti
umumnya masyarakat Bali, mereka menyatakan bahwa Hindu Trunyan merupakan Hindu
asli warisan kerajaan Majapahit. Di sebelah utara Trunyan terdapat kuban, sebuah tempat makam desa, namun jenazah tidak dikuburkan
atau dibakar (ngaben), seperti masyarakat hindu pada umumnya, melainkan diletakkan di bawah pohon Menyan, jasad
tersebut akan dipagari dengan ancak saji agar tidak diganggu binatang, anehnya
jasad tersebut tidak mengeluarkan bau busuk. Hal inilah membuat desa Trunyan ini menjadi unik dan menarik, dan menjadi tujuan wisata
dan tour bagi wisatawan lokal maupun asing.
Tempat pemakamanan ini dipenuhi oleh tulang-tulang, dan
bisa jadi kita menemukan mayat yang masih baru.
Desa Trunyan dilingkupi suasana magis, dan mistis.
Wilayah
pemakaman Trunyan juga tidak bisa dijangkau dengan mudah. Jika berminat kesana, kita perlu menaiki
perahu untuk menyebrangi Danau Batur menuju ke Trunyan. Jarak tempuh
penyebrangan itu sendiri adalah sekitar 45 menit dan tentunya hanya bisa
ditempuh saat cuaca sedang baik. Karena itulah, petualangan wisata ini sendiri
sebenarnya sudah dimulai sejak awal bahkan saat kita belum sampai ke area
pemakaman itu sendiri. Untuk bisa menikmati wisata yang sarat akan unsur budaya
lokal ini sendiri, kocek yang harus di keluarkan tidaklah terlalu banyak
karena kisarannya sekitar Rp. 200.000.
Foto ini sy ambil dari salah satu tour di Bali, pemandangan ke Trunyan tampak manis ya.. seperti tak terkesan angker, nampaknya cocok untuk yang menyukai film horor :)
Beberapa paket tur wisata tidak hanya akan menghantarkan Anda untuk mengenal cara
pemakaman jenazah khas Trunyan saja, tetapi juga mengajak Anda untuk mengenal
penduduk dekat dan budaya serta kebiasaannya. Anda juga bisa mengunjungi salah
satu pura yang terletak di tengah desa sebagai salah satu tempat ibadat
masyarakat lokal.
Menu yang disediakan cukup komplit dari makanan pembuka, makanan utama, aneka buah, soup, teh-kopi bahkan kelapa muda pun juga tersedia.
Makan siang dengan latar pemandangan gunung dan udara sejuk..rasanya bikin betah berlam-lama.. ngopi cantik sambil ngobrol pun oke juga.. :)
Salah satu menu khas Bali yang ada di Resto ini adalah sate lilit, terbuat dari ayam, kelapa dan rempah, dililitkan dengan batang daun sereh, cukup yummy bagi pecinta masakan khas nusantara.
So,, Yuk Liburan ke Bali.. dan jangan Lupa ya..mengunjungi Gunung Batur, Kintamani dijamin happy.. :)
*Catatan perjalananku.. ☺
Tidak ada komentar:
Posting Komentar