Senin, 23 Juli 2018

Trip in Bali, Kecak and Fire Dance, Indonesia

Trip in Bali, Kecak and Fire Dance, 


Saat itu sy dan teman-teman menonton pertunjukan tari kecak di Sahadewa, Stage Chandra Budaya, Jl. SMKI NO. 25, Batubulan, Gianyar, Bali. Ada beberapa tempat pertunjukan tari kecak lain di Bali, diantaranya di Uluwatu dan di Ubud.

Pertunjukan tari kecak biasa dilakukan malam hari, dilakukan oleh sekitar 70-100 orang penari laki-laki. Tari kecak berasal dari jenis tari sakral 'Sang Hyang'. Pada tari Shanghyang, seorang yang kemasukan roh, akan berkomunikasi dengan para Dewa atau leluhur yang sudah disucikan.

Pada tahun 1930-an tarian kecak ini disisipi dan diiringi drama Epos Ramayana. Tari kecak adalah tari Bali yang paling unik, karena sepanjang pertunjukan tidak diiringi olah satupun alat musik, namun hanya diiringi bunyi 'cak' dan 'tul' yang keluar dari mulut para penari kecak persis seperti paduan suara. Para penari berbaris membentuk formasi melingkar yang mengelilingi pusat cerita yang berada ditengahnya. Mereka mengenakan kain bercorak kotak-kotak yang melingkari bagian tubuh bagian bawah. Sedangkan tubuh bagian atas bertelanjang dada. Sepanjang pertunjukan mereka menyuarakan kata-kata "cak" dan "tul" sambil mengangkat kedua lengan ke atas. Juga diiringi alunan mantra/kata-kata dalam bahasa Bali, dari salah satu penari tarian Kecak.

Antusiasme turis mancanegara yang memadati bangku-bangku penonton, hampir semua yang menonton adalah kami menyebutnya 'orang Bule', warga domestik dapat dihitung dengan jari,.. sayang ya..padahal jika ditelisik lebih lanjut, alur cerita yang dipentaskan mengandung hikmah yang bagus yaitu mengenai sifat kesetiaan. Namun mungkin bagi sebagian orang cukup menjemukan dikarenakan durasi yang cukup lama.

 Sebelum adegan dimulai, didahului dengan tarian bali.

Kemudian masuk di  bagian awal pertunjukan, dibuka dengan Rama dan Shinta sebagai sepasang suami-istri. Alkisah, karena akal jahat dari Dewi Kekayi (Ibu tiri Rama). Rama sang Putra Mahkota diasingkan dari istana ayahandanya Prabu Dasarata. Dengan ditemani adik laki-laki dan istrinya yang setia, dikisahkan Sri Rama pergi ke hutan Dandaka. Saat sedang berburu di hutan, keberadaan mereka diketahui oleh Prabu Dasamuka (Rahwana). Rahwana merupakan Raja yang kejam, Ia terpikat dengan kecantikan Dewi Shinta, dan berupaya menculik Shinta, Rahwana dibantu oleh patihnya, Marica yang dengan kesaktiannya menjelma menjadi seekor kijang emas yang cantik dan licah.

Pada pertunjukan dikisahkan, ditengah perjalanan berburu, Shinta terpukau dengan seekor kijang yang lincah (digambarkan dengan gadis yang menari dengan lincah, setiap bergerak  gelang dikakinya berbunyi). Shinta pun meminta Rama untuk memburu kijang tsb, sebagai suami yang menyayangi istri, Rama pun menuruti kemauan istrinya dan meninggalkan Shinta dijaga oleh laksamananya. Tak lama terdengar jeritan minta tolong, Shinta pun meminta Laksamana menolong Rama. Dan saat Shinta ditinggalkan seorang diri, momen ini digunakan Rahwana untuk menculik Shinta ke Alengka Pura, istananya. 
Dalam video ini terlihat Rahwana, yang digambarkan dengan tokoh berkumis dengan raut wajah yang Angker, Dialah sang penculik Shinta.. dalam kisah Rama dan Shinta..

Di Alengka, Shinta meratapi kesedihan karena perpisahan dengan Rama, saat sedang di taman, tiba-tiba datanglah Hanoman, Kera putih, utusan Rama. Hanoman memperlihatkan cincin Rama yang dibawanya, dan Shinta pun menyerahkan tusuk konde sebagai pesan agar Rama segera menyelamatkannya. 

Tak lama berselang, datanglah Rama ke Alengka untuk menyelamatkan Shinta, yang dihadang oleh Meganada, anak Rahwana. Meganada menembak Rama dengan panah saktinya yang berubah menjadi seekor Naga yang membelit tubuh Rama. Rama pun tidak tinggal diam, Ia memanggil Garuda untuk membantu melawan Meganada. 

Tak berhasil, Rama pun memanggil Sugriwa, sang Raja Kera, dan terjadilah pertarungan antara Sugriwa dan Meganada, yang akhirnya dimenangkan oleh pihak Rama. Sehingga Shinta pun berhasil diselamatkan dan dibawa pulang dan kembali berkumpul dengan Rama.

Tari ShangHyang Dedari
Tarian selanjutnya ini bermakna religius, untuk tetap menjaga kemakmuran dan keamana desa setempat. Jugauntuk mengusir roh-roh jahat yang biasa mengganggu penduduk desa dalam bentuk wabah penyakit ataupun kematian.

"Shanghyang" berarti suci, dan "Dedari" berarti malaikat. Tarian ini dipentaskan oleh 2 orang gadis mungil dibawah umur. karena keperawanan adalah simbol kesucian. Tariannya mirip dengan tari legong. Karena kedua penari melirikkan kedua matanya ke kanan dan ke kiri.


Tari Shanghyang Jaran
Menutup akhir pertunjukan, dimana dalam hal ini disebut "fire Dance", karena penari yang mementaskan di akhir cerita, yaitu seseorang seperti kesurupan menunggang binatang (kuda/Jaran) yang digambarkan seseorang mengenakan semacam janur yang dirangkai sedemikian rupa, disekeliling pinggangnya, penari ini saat kerasukan akan memadamkan api dengan kakinya, api tersebut berasal dari api yang disulut dari batok kelapa. Seolah menari diatas api. 

Saat pertunjukan ini berlangsung, saran saya untuk memilih tempat duduk jangan terlalu dekat dengan panggung ya..karena asapnya cukup membuat terbatuk-batuk juga.. :)

Bali dengan segala pesona dan keindahannya.. mengajarkan saya untuk selalu bersyukur, akan keagungan Tuhan, Maha BesarNya.. Yang dengan izinNya lah saya datang dan menemui banyak hal di Bali yang menyenangkan... 

Nah, untuk para penikmat seni dan budaya, pokoknya seru deh..merasakan sensasi dan historia dari tiap penonton.. so, don't miss it ya.. :) kalau ke Bali sepertinya belum lengkap kalau belum kesana dan menyaksikan tarian kecak yang khas dan identik banget dengan nuansa Bali. ok deh.. see u again ya.. :)

*Catatan perjalananku Jul2018..  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar